[caption caption="Komplek Joglo Ki Penjawi (foto: bamset)"][/caption]Sabtu (5/12) malam, sekitar pk 19.30 secara mendadak saya mendapat undangan ngopi di Joglo Ki Penjawi, kendati awalnya sempat menolak karena bukan pecinta kopi. Tetapi, karena dipameri sensasi yang berbeda, akhirnya saya meluncur ke tujuan.
Begitu motor memasuki halaman Joglo Ki Penjawi, H. Gunawan Herdiwanto yang biasa saya sapa dengan panggilan mas Iwan, telah menunggu. Sebelum masuk ke bangunan berbentuk joglo lawas, samar- samar terdengar alunan lagu Someone Like You tapi dalam versi keroncong. “ Tiap Sabtu malam ada musik keroncong yang dimainkan temen-temen mas,” kata pemilik Resto ini.
[caption caption="Orkes Keroncong yang main tiap sabtu malam (foto: bamset)"]
Ternyata kopi yang disuguhkan adalah minuman kopi dingin ditampung dalam gelas kecil, sepintas saya lihat, tak terlihat ampasnya. Menurut mas Iwan, kopi ini diproses melalui Cold Drip, yakni diseduh dengan air dingin campur es batu menggunakan alat khusus. Seduhan itu selanjutnya hanya menetes, jatuh ke bubuk kopi. Untuk satu gelas, dibutuhkan waktu sekitar 6 jam.
Setelah saya campur dengan sedikit gula, aroma yang tercium mirip-mirip wine. Ketika saya telisik, ternyata seduhan tersebut disimpan dalam kulkas bercampur buah. Sehingga, kendati bau kopinya tetap kuat, tetapi sepintas seperti mengandung keharuman buah. “ Oooo ini to yang disebut Holland Coffee,” batin saya.
[caption caption="Mas Iwan memperlihatkan proses membuat Holand Coffee (foto: bamset)"]
Tumpeng Kebab
Hampir 30 menit berbincang di tengah alunan keroncong, saya lagi- lagi dipameri menu spesial, namanya Tumpeng Kebab. Agak geli mendengarnya, tetapi karena memang sudah waktunya makan, suguhan ini tak saya tolak. Sekitar 10 menit kemudian, hidangan malam telah tiba. Bentuknya selayaknya tumpeng ukuran kecil namun di mulut seperti nasi goreng campur daging, sementara kebab dan sayuran diletakkan disampingnya.
Saya mencoba mengingat di mana pernah menemukan menu kuliner ini, namun meski saya sudah berupaya memutar memori, ternyata tak ketemu juga. Mungkin Tumpeng Kebab hanya ada di Joglo Ki Penjawi. “ Gimana mas ? Enak ? “ tanya mas Iwan saat saya lagi sibuk mengunyah. Saya langsung mengangguk, namanya saja gratis masak saya mau menjawab tidak enak.
[caption caption="Penampakan tumpeng kebab (foto: bamset)"]
Posisi Joglo Ki Penjawi memang sangat representatif, letaknya yang berada di bagian atas Salatiga, maka di malam hari viewnya terlihat indah. Tak heran bila malam minggu, banyak pasangan muda terlihat menghabiskan waktunya di gazebo- gazebo yang juga terbuat dari kayu kuno. Tidak terasa, ternyata saya ngobrol sudah makan waktu berjam- jam. Ketika saya longok jam dinding, pk 01.00 ! Karena perut telah cukup kenyang, nampaknya saya malas berlama- lama di sini. Pk 01.05 saya berpamitan sembari berharap kapan-kapan diundang makan lagi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H