Khrisna pun menceritakan tentang gugus tugas Covid-19 yang telah ada di masing-masing kelurahan, aku disarankan untuk menghubungi mereka agar mendapatkan penanganan yang tepat untuk perawatan atau hanya sekadar isolasi mandiri di rumah.
Khrisna sempat cerita bahwa ia dan istrinya dirawat di salah satu rumah sakit di Depok karena gejala yang ia alami cukup berat.
Usai bicara soal Covid-19, Khrisna sempat bercanda, “Saat terpapar Covid, saat yang tepat untuk produktif menulis, seperti yang saya lakukan, Mas.”
Aku hanya bisa tersenyum getir. Tidak terlintas rencana menulis di saat-saat baru saja mendapat kabar bahwa aku terinfeksi virus Covid-19.
Usai bertelepon dengan Khrisna, aku menelepon dokter Satya Hanura. Dokter Satya adalah dokter keluarga kami di Rumah Sakit Jakarta.
Aku mengabarkan aku positif Covid, dan beliau berpesan agar besok mendatangi fasilitas kesehatan untuk tindak lanjut dan mengetahui apakah cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau harus di rumah sakit.
“Tenang saja, Covid bisa disembuhkan, satu sampai dua minggu isolasi mandiri dengan ketat dan disiplin pasti akan sembuh,” begitu dokter Satya memberiku rasa tenang.
Malam itu juga, aku mengambil koper, membersihkannya dan melakukan packing sebagai bagian persiapan untuk esok hari apabila aku harus isolasi mandiri atau perawatan di rumah sakit atau di tempat lain, hotel atau Wisma Atlet misalnya.
Tentu saja malam itu aku tak bisa tidur dengan nyenyak, menyadari bahwa ternyata telah bersarang virus Corona alias Covid-19 di tubuhku. Virus itu berhasil menyerang jantung pertahanan imunitas tubuhku setelah satu tahun aku berusaha memproteksinya dengan menjalan protokol kesehatan yang cukup ketat. Akhirnya kebobolan juga.
Terus terang aku teramat kecewa. Kecewa mendapat kado ulang tahun yang tak diinginkan. Tapi mau apalagi? ***
Bersambung ke bagian ke-2 (Di Wisma Atlet), segera tayang.