Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membunuh dengan Cinta Itu Tak Berdosa

25 Oktober 2016   09:19 Diperbarui: 7 November 2016   22:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena manusia itu 80 % terdiri dari elmen air, kata Ki Sodron, selepas subuh sampai ayam keluar dari kandang, mereka berkewajiban berendam. Ini memperkuat energi Mutmainah untuk menaklukan syahwat Supiyah yang mendorong kepada ketergantungan terhadap narkoba.

Masuk ke air di subuh hari dibutuhkan keberanian. Gak perlu khawatir mereka punya teman Amarah. Mereka tidak akan mati terendam, karena mereka masih bebas menghirup udara.

Ini Terapi tanpa obat. Awalnya mereka menolak namun setelah mereka merasakan pengaruhnya, mereka terbiasa. Sudah sembuh total pun tiap pagi mereka masih suka berendam di air.

Begitu Ki Sodrun mengajarkan kepada mereka, bagimana seseorang melawan kebrutalan syahwat kebendaan. Harus dengan cinta, bukan dengan benci. Kalau mereka bercita-cita untuk cepat mati, langkahnya harus mencintai hidup. Gairah untuk hidup itu merupakan bagian tak terpisahkan dari gairah untuk mati.

Membangun jiwa-jiwa yang malang harus dengan kelembutan. Tidak cukup seperti polisi, tangkap dan bui. Melawan gembong narkoba tidak cukup dengan cara dor… di Nusa Kambangan. Menghabisi koruptor tidak bisa hanya dengan otot KPK.

Mencabut nyawa itu bukan hak manusia, bukan pula hak presiden. Mentri kematian dari dulu sampai sekarang belum berubah masih Jendral Izroil.

Menghabisi pecandu dan gembong narkoba, melibas koruptor, menggepuk pelaku pungli, secara teknis memang dengan hukum, tetapi mesti dibarengi dengan kebudayaan. Dengan hukum saja, hasilnya mati satu tumbuh seribu. Hukum yang nada-nadanya tumpul perlu ditmbah peluru emas yaitu dengan Gelombang Cinta, menyatunya Roh bersama Amarah, Aluamah, Supiyah dan Mutmainah.

Manusia yang dalam dirinya ada cahaya, dipastikan dia bermanfaat bagi orang lain dan seluruh isi jagat raya, karena dalam dirinya ada Cinta.

Kendalnya, mencintai gadis berparas buruk, tak segampang mencintai iblis berwajah menor. Salam Cinta untuk Anda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun