Meski telah menjadi Presiden, Jokowi tidak pernah berubah. Keakraban, keramahan serta kemenyatuan dengan warga, masih saja seperti ketika menjabat Walikota Solo, dan Gubernur DKI Jakarta.
Tetapi kunjungan kerja ke Kabupaten Gunungkidul, Senin 10/10/2016 kemarin, diwarnai insiden kecil. Itu bukan kemauan Jokowi, melainkan karena kehendak sistem.
Sekelompok warga,kategori lanjut usia, diusir petugas. Mereka tidak diijinkan mendekat ke pintumasuk dengan alasan tempat itu harus steril. Alasan tersebut sama sekali tidak dipahami oleh warga lansia yang ‘ndesa’ dan lugu.
“Saya hanya kepengin melihat langsung wajah Presiden, biasanya cuma lewat TV,” kata Mbah Sugiyo (75) warga Padukuhan Karangduwet, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, seperti dilansir sorotgunungkidul.com.
Kekecawaan serupa, dirasakan nenek Saliyem (80). Roso panalongso itu demikian dalam. “Apa karena saya orang jelek?”
Berbeda jauh ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Bangkalan Madura10/11/2015 silam. Warga yang berjajar menyambutnya disalami satu demi satu, sebagaimana dikabarkan di laman resmi Kantor Staf Presiden.
Kekecawaan warga lansia, bukan karena kemauan Jokowi. Petugas kadang menyerupai robot. Tidak terlintas di pikiran mereka, bahwa melihat, bersalaman berfoto bersama Presiden itu adalah luapan politik, dan bukan sekedar sepotong kegembiraan.
Yang getol ketemu Jokowi adalah mereka yang di pilpres 2014 menjatuh kanpilihan pada pasangan Jokowi-Jeka, bukan pada Prabowo-Hatta.
Menengok pilpres 2014, pasangan Jokowi-JK di Gunungkidul meraih 280.110 suara (61,3 persen), sedangkan Prabowo-Hatta mendapat 176.801 suara (38,7 persen).
Kakek Sugiyo dan Nenek Saliyem adalah bagian dari 280.110. Apes, mau melihat tokoh pilihannya, dihalang-halangi oleh sistem. Mereka, dipisahkan dari Presiden yang sangat dikagumi sekaligus dicintainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H