Kontrak dengan asing, rupanya sulit diniscayakan Jokowi. Belum lagi diperhitungkan hutang luar negri. Item hutang masih cukup tinggi, tetapi dengan sengaja tidak dibuka di depan rakyat.
Tak kalah seru, langkah Jokowi juga digerogoti UNDP dengan ulah pengucuran dana kepada LGBT. Karena itu semua sempurnalah kekandasan nawacita yang digagas Jokowi.
Mau meresufle kabinet? Tidak banyak memperbaiki keadaan. Karena siapa pun mentrinya, sepanjang Jokowi tidak memiliki ketegasan bertindak, dalam arti mengambil posisi sebagai panglima tertinggi, Indonesia akan semakin terseret ke dalam lembah krisis gezag. Detik-detik rakyat semakin tidak mempercayai kekuasaannya hanya menunggu waktu.
Tak ada jalan lain ke roma? Tinggal satu, Jokowi tidak perlu mendengarkan suara para pembisik. Dia harus menjadi punokawan. Dengan penampilan sederhana (sipil), Presiden harus menjadi Pangti ABRI, yang memegang kekuasaan tertingi atas angkatan darat, laut, udara dan kepolisian.
Dengan begitu, segala rasa yang akan diberikan Jokowi bisa dirasa oleh segenap warga negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H