[caption caption="ahok pusing kali jodo dok detik.news"]
Joko Widodo Preseden RI ke 7 sumbarnya seperti membelah langit. Dia bertekad melakukan revolusi mental. Saya pikir, Â Presidenku ini merasa hebat.
Tanpa dia sadari, Ahok yang dulu jadi patner saat dia  menjabat Gubernur DKI, kini terperangkap dan tersandung batu, saat nyeberang di tengah Kali Jodo. Dipastikan, Ahok gagal melakukan revolusi mental sebagaimana digagas Jokowi.
Kok gittu? Karena jargon Jokowi berlebihan. Jadi Ahoklah yang musti bayar tebusan degan sejumlah kegaduhan, yang klimaknya berupa kegagalan. Dan Ahok terkapar begitulah.
Empatratus tahun silam, atau abad ke 16 (1600-an) Jakarta masih bernama Batavia. Etnis Tionghoa, konon gemar mencari gundik alias wanita simpanan perempuan pribumi. Karena tempat pencarian gundik itu ada di bantaran sungai, maka disebutlah tempat tersebut Kali Jodo. Di tempat ini, demikian berbagai sumber menyebutkan, juga ada penjaja sex.
Kuli Pelabuhan Sunda Kelapa, terlebih juragan-juragan etnis Tionghoa, gemar bertandang ke Kali Jodo, sebab di abad ke 20 wajahnya dipoles menjadi tempat hibuan malam.
Di tahun 1930-an, siang hari, Kali Jodo dimanfaatkan sebagai tempat pemacingan. Sore harinya, tempat yang sama berubah menjadi lokasi tongkrongan dan kencan bagi anak muda. Merebaklah kemudian warung remang-remang menjual berbagai makanan dan minuman.
Ali Sadikin, Gubernur DKI, tahun 1970 menetapkan Keramat Tunggak, Koja, Jakarta Utara sebagai lokalisasi pelacuran. Untuk kawasan Jakut, dia melarang ada tempat serupa. Sebagian mucikari dan pekerja sex yang tidak kebagian kapling lalu bergeser ke Kali Jodo.
Tidak mengherankan kalau Si Burung Merak penyair legendaris WS Rendra mengabadikan dalam salah satu karya puisi yang membuat Pejabat kebakaran Jenggot. Merasa tersinggunga, kemudian menganggap 'Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta' sebagai karya yang tak senonoh.
Sutiyoso, tahun 1999 membredel Keramat Tunggak. Tak heran, kalau terjadi exsodus besar-besaran menuju ke Kali Jodo.
Tidak disebutkan secara transparan, tahun 2001, dua kelompok etnis tawur hebat. Masyarakat Jakarta mendesak Kali Jodo ditutup.
Polda Metro Jaya, tahun 2003, membongkar tempat perjudian di Kali Jodo. Preman dan pelindungnya diciduk. Tetapi tak lama berselang kafe Kali Jodo kembali merebak.
Saltonya fortuner B 210 RFD karena menabrak sepeda motor dan merenggut 4 nyawa, menyebabkan Basuki Tjahaya Purnama mengeluarkan instruksi keras.
Kali Jodo harus ditutup, karena lokasi perjudian dan pelacuran itu berada di atas tanah negara. Tanah 1,4 Ha itu akan disulap menjadi kawasan hijau.
Kalau pelacuran itu loksinya di hotel berbitang gimana Hok? Gak ngejamah sampai ke sana ya? Membongkar Kali Jodo mengganti dengan kawasan hujau yang dilengkapi rusun tak banyak berarti jika tidak dikaitkan dengan sesumbar Pak Presiden.
Pelacuran bukan sebatas mencari duit untuk menyuap perut agar tak beringas. Perlikaku melacur mepakan penyimpangan mental. Untuk lingkup Kali Jodo usianya baru 416 tahun. Lha untuk skala dunia, itu sudah jutaan tahun.
Â
Yang saya tak habis pikir, ke mana tuh relawan Jokowi? Kok gak ada yang action menjadi pionir melakukan gebrakan revolusi mental untuk sahabat yang tersesat di Kali Jodo. Lagi pada tidur nyenyak ya?
Setelah Ahok, siapa lagi yang direcokin pelacur? Menikahi pelacur atau mantan pelacur, menurut Mas Wily Brodus Surendra Rendra adalah manusiawi. Maksud saya, terjemahan bebas dari revolusi mental ala Jokowi. Salam Kali Jodoh
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI