Mohon tunggu...
Bambang Trimansyah
Bambang Trimansyah Mohon Tunggu... Editor - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Seorang penulis buku dan editor buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ide Menulis itu Ditemukan, Bukan Dicari

13 Agustus 2024   07:32 Diperbarui: 13 Agustus 2024   07:40 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kemudian, ada banyak perdebatan dan peringatan soal AI generatif yang digunakan untuk menulis. Jika AI bekerja, kita tidak perlu lagi berbincang soal penemuan ide, pemantik ide, dan penggalian ide. Kita sudah menumpulkan kecerdasan pada diri sendiri sedari awal dengan AI.

Rodolfo Degaldo, pendiri dan CEO Replay Listings yang bergerak dalam bidang teknologi, menuliskan opininya tentang AI untuk menulis. Ia mengisahkan pengalamannya menulis dengan AI dan dipublikasikan di Forbes. Degaldo memasukkan hasil tulisannya ke ChatGPT. Ia takjub aplikasi generatif AI itu mengubah tulisannya menjadi sangat bagus. 

Namun, tulisan itu disebutnya mulus, tetapi tidak memiliki sentuhan kemanusiaan yang ada pada dirinya. Ia menyebut suara uniknya dan kemanusiaannya telah dikesampingkan oleh AI.

Alhasil, Degaldo, menulis tentang dampak penggunaan hasil tulisan AI untuk bisnis. Ia berpendapat tulisan AI tidak baik untuk bisnis karena mengesampingkan emosi.

Saya sendiri tidak anti dengan AI. Saya menggunakan ChatGPT untuk berdialog dan berdiskusi tentang beberapa topik yang memang memerlukan penegasan. AI membantu saya mengumpulkan data dan fakta. Tapi, saya kemudian berusaha "menjadi AI" untuk diri saya sendiri ketika penjelasan dari ChatGPT saya bahasakan ulang dengan rasa bahasa dan emosi bawaan saya. 

Kita semua dibekali fitur kemanusiaan yang dahsyat sebagai basis peniruan dan pembelajaran yang dilakukan AI. Fitur utama adalah pancaindra ditambah dengan pikiran dan perasaan. Fitur pelengkap adalah intuisi dan imajinasi. Jadi, seberapa sering atau seberapa optimal kita menggunakan fitur-fitur kecerdasan itu untuk menulis?

Mereka yang tanpa pikir panjang menggunakan AI untuk menulis atau memercayai hasil AI itu sangat bagus, perlahan tapi pasti akan meredupkan kemampuan fitur kecerdasan di dalam dirinya. Itu sebabnya, saya masih menulis blog di situs web saya, di Kompasiana, di media sosial, dan di media lainnya dengan tetap berusaha menulis sendiri sehingga gaya unik atau suara unik saya tetap ada. 

Unsur Ide

Menemukan ide itu sebuah seni menulis yang setiap orang pada dirinya dibekali kapasitas. Beberapa orang yang malas menganggapnya sulit lalu mengambil jalan pintas menjiplak tulisan orang lain dan sekarang ada jalan pintas lain menggunakan AI. 

Tak sampai pada menemukan ide, ide itu juga harus dipantik agar mengeluarkan hal-hal yang unik dan menarik lalu penulis menggalinya dari satu sudut pandang (angle). Itu juga sebuah seni yang setiap orang mengembangkan dengan gayanya masing-masing.

Proses berkarya itu yang kemudian disebut proses kreatif. Jika Anda pernah membaca buku yang disusun oleh Pamusuk Eneste tentang proses kreatif, Anda akan takjub bagaimana setiap penulis memiliki cara tersendiri untuk menemukan dan menstimulus idenya sehingga berwujud menjadi tulisan yang indah sekaligus berguna.

Saya menemukan unsur ide, yaitu pemicu, penimbang, penguat, dan penegas. Pemicu ide seperti telah saya sampaikan, yaitu peristiwa, fenomena, dan momentum. Pemicu itu ada setiap hari dan dapat ditemukan jika kita mampu mengoptimalkan pancaindra, pikiran, perasaan, intuisi, dan imajinasi. Maka dari itu, banyaklah membaca, berjalan, dan bersilaturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun