"Biasanya ciri khas negara yang gagal adalah tentara dan polisi yang gagal," begitu kata Presiden Prabowo ketika membuka Rapim TNI-Polri di Gedung Tribrata, Kamis, 30 Januari 2025. Ucapan itu mengingatkan saya pada tiga buku politik dari para pakar kelas dunia dan dua buku karya penulis negeri ini.
Indonesia hari ini sungguh dapat dikaitkan dengan buku-buku analisis politik, bahkan buku sastra untuk membuka mata kita demi mengambil sikap berjaga-jaga terhadap fenomena bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Terlepas adanya narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi yang seolah sengaja menebarkan ketakutan, saya merasa biarkan buku berbicara.Â
Ketakutan sesungguhnya adalah ketika apa yang diungkapkan para pendengung tentang ilusi negeri gemah ripah lohjinawi justru merupakan jalan pelan, tapi pasti menuju negara gagal.
Buku Noam Chomsky
Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy (Negara Gagal: Kekuasaan dan Kekerasan dalam Abad ke-21) adalah karya Noam Chomsky, seorang intelektual dan kritikus politik terkemuka. Buku ini menarik karena mengungkap ciri negara gagal.
Buku Chomsky kali pertama terbit pada 2006. Ia membahas bagaimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat sering kali bertentangan dengan prinsip demokrasi dan hak asasi manusia yang jamak diklaim itulah yang mereka perjuangkan. Chomsky mendefinisikan bahwa negara gagal sebagai negara yang tidak mampu melindungi warganya, memiliki tingkat korupsi tinggi, sering menggunakan kekerasan, dan tidak menghormati hukum internasional.Â
Ia berargumen bahwa Amerika Serikat (AS) sendiri memenuhi banyak kriteria ini. Fakta yang diungkap Chomsky tentang AS.
- AS sering kali mengabaikan hukum internasional dan melakukan intervensi militer yang merusak (contohnya Irak, Afghanistan, dan dukungan terhadap rezim otoriter).
- Demokrasi di AS sendiri melemah karena elite politik dan korporasi yang mengendalikan kebijakan, bukan rakyat.
- AS menggunakan propaganda untuk meyakinkan masyarakat bahwa kebijakan mereka benar meskipun bertentangan dengan kepentingan global.
Pada hari ini kita melihat AS kembali dipimpin oleh Trump (Trump versi 2.0) dengan kebijakan kontroversialnya di balik slogan "Make America Great Again". Di belakangnya terlihat dukungan kuat pengusaha, seperti sosok Elon Musk dan Jeff Bezos.Â
Belum 100 hari menjabat, Trump mengeluarkan kebijakan Darurat Energi Nasional melalui perintah eksekutif untuk kembali ke energi fosil. Ia membatalkan kebijakan iklim dari pemerintah Obama.
Trump juga menegaskan komitmennya untuk menjadikan AS sebagai pusat utama cryptocurrency dan kecerdasan buatan (AI) global. Soal AI ini sepertinya AS tertampar dengan kehadiran Deepseek dari China.
Hal yang mengejutkan, Trump memutuskan AS keluar dari WHO. Setelah itu disusul kebijakan membekukan semua bantuan asing AS ke luar negeri selama 90 hari. Trump mendesak  Badan Pembangunan Internasional AS atau USAID bergabung dalam kebijakan "America First".  Ia menyatakan bahwa bantuan asing tidak sejalan dengan kebijakan pemeritah AS.
Buku Chomsky mengajak pembaca untuk melihat bagaimana negara adidaya seperti AS sebenarnya dapat dianggap sebagai "negara gagal" karena penyalahgunaan kekuasaan, tindakan agresif, dan kegagalannya menjalankan prinsip-prinsip demokrasi yang mereka gembar-gemborkan. Chomsky ingin pembaca lebih kritis terhadap kebijakan global, terutama terkait imperialisme dan dominasi ekonomi-politik.