Sebuah buku serius pun disiapkan tentang karier militer Prabowo. Terbitlah buku Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto oleh penerbit Media Pandu Bangsa, 2021. Penulisnya adalah Prabowo sendiri, editornya Dirgayuza Setiawan---salah seorang intelektual kepercayaan Prabowo.Â
Buku itu pernah dihadiahkan kepada Susi Pudjiastuti ketika berkunjung ke kediaman Prabowo. Susi mengeposkannya di akun IG @susipudjiastuti yang memperlihatkan tradisi intelektual: berbagi buku. Di salah satu foto tampak Prabowo memberikan autograf pada buku karyanya itu.
Sebelum buku Kepemimpinan Militer, Prabowo menulis buku Paradoks Indonesia: Pandangan Strategis Prabowo Subianto pada 2017. Buku itu diterbitkan oleh Koperasi Garudayaksa Nusantara.
Tahun 2022, buku itu direvisi dan diterbitkan ulang (dialihkan penerbitannya) dengan judul Paradoks Indonesia dan Solusinya oleh Media Pandu Bangsa.Â
Individu yang terlibat dalam penulisan buku itu, yaitu Burhanuddin Abdullah yang memberikan pertimbangan dalam penulisan (kurang jelas pertimbangan seperti apa, mungkin semacam penelah) dan Dirgayuza Setiawan sebagai editor.
Jika Prabowo diasosiasikan dekat dengan buku, ada secuil harapan Prabowo menaruh perhatian terhadap kebijakan perbukuan nasional lewat menteri-menterinya. Pembangunan ekosistem perbukuan yang sehat sebagaimana amanat UU Nomor 3/2017 tentang Sistem Perbukuan segera dapat diwujudkan.Â
Lembaga perbukuan, yaitu Pusat Perbukuan yang kini masih berada di bawah BSKAP, Kemendikdasmen, perlu diberi ruang lebih leluasa memainkan peran dalam mewujudkan buku bermutu, murah, dan merata (3M).
BUMN Balai Pustaka yang entah bagaimana perannya kini karena sebagai BUMN juga tidak mampu bersaing dengan penerbit swasta, sebaiknya direstorasi menjadi BLU di bawah Kemendikdasmen dengan fungsi juga sebagai heritage sejarah perbukuan dan sastra Indonesia.
Program MBG yang ikonik itu perlu diadaptasi menjadi program Buku Bergizi Gratis (BBG) untuk semua anak di Indonesia. Saya lebih mendambakan buku cetak daripada buku elektronik gratis tinggal unduh di platform resmi seperti SIBI (Sistem Informasi Perbukuan Indonesia).
Sebagaimana kebijakan pemerintah Swedia menggelontorkan Rp1,7 T sejak 2022--2025 untuk mengalihkan buku elektronik ke buku cetak, Indonesia juga mampu melakukannya agar anak-anak, terutama di daerah 3T memperoleh akses terhadap buku-buku bergizi alias bermutu.