Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

6 Isu Penting Mengenali Dunia Penulisan

14 Januari 2025   06:42 Diperbarui: 14 Januari 2025   18:00 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah memasuki dunia pro maka ada pertanyaan lagi. Engkau menjadi penulis mandiri atau penulis jasa? Apa pula ini?

Penulis mandiri hanya menulis untuk dan atas namanya sendiri. Penulis mandiri sangat bergantung dengan publikasi di penerbit, baik penerbit media berkala, media baru, maupun media buku. Penulis mandiri akan cenderung menunggu karyanya diterbitkan dengan imbalan royalti atau imbalan beli putus (outright). Beberapa penulis mandiri akan tertatih mendapatkan bayaran karena bergantung pada situasi, kondisi, dan kebijakan penerbit. 

Sisi lain dari penulis mandiri ialah mengikuti berbagai sayembara dan lomba penulisan untuk menghasilkan uang. Sebagai contoh, penulis buku anak dalam beberapa tahun terakhir ini mendapatkan "berkah" dari sayembara penulisan yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Pusat Perbukuan. Hadiah jutaan, bahkan belasan juta sangat membangkitkan gairah berkarya sebagai penulis mandiri.

Lalu, bagaimana dengan penulis jasa? Penulis jasa berdamai dengan kredit atas namanya (pencantuman nama sebagai penulis). Mereka mulai melakoni profesi sebagai penulis bayangan (ghostwriter) dan penulis pendamping (co-author atau co-writer). Para publicist juga termasuk penulis jasa yang mendedikasikan keterampilan menulisnya untuk menulis atas nama orang lain.

Tidak mudah menjadi penulis jasa karena engkau harus memiliki portofolio sebagai penulis mandiri dan mampu memasarkan diri sebagai penulis spesialis atau generalis. Selanjutnya, mari kita bahas spesialis dan generalis.

5. Spesialis Vs Generalis

David Epstein dalam bukunya Range menguraikan kebaikan dan keunggulan sebagai generalis. Saya sendiri mengamininya karena saya seorang generalis dalam menulis. Demikian pula, penulis kawakan Mahbub Djunaedi (1933--1995) juga mengaku sebagai generalis. Mahbub dapat menulis berbagai topik dengan sama menarik, mendalam, dan menggugahnya.

Gerenalis itu ada yang generalis tema/topik dan ada yang generalis jenis/genre. Mahbub tergolong generalis topik. Adapun Ramadhan K.H. tergolong generalis jenis karena spesialis menulis kisah hidup, seperti biografi atau autobiografi. Walaupun Ramadhan K.H. lebih dikenal sebagai penulis kisah hidup (faksi), ia pun menulis novel. Karena itu, seorang penulis spesialis terkadang tidak benar-benar spesialis berada dalam satu ranah penulisan.

Saya mendalami penulisan sastra anak, penulisan buku pendidikan, penulisan bisnis, dan penulisan karya tulis ilmiah. Benar-benar generalis yang seolah berprinsip "palugada"---apa lo mau, gua ada. Pemosisian diri sebagai penulis generalis itu sangatlah mungkin, apalagi pada zaman kini. Engkau akan cepat belajar jika sudah menguasai ranah induk penulisan dengan sangat baik: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

6. Industri Penulisan Vs Industri Penerbitan

Terakhir, engkau harus pahami bahwa menulis itu tidak melulu berhubungan dengan industri penerbitan. Bahkan, industri nonpenerbitan memerlukan aktivitas tulis-menulis. Di perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN selalu ada pekerjaan menulis. Demikian pula di lembaga dan kementerian milik pemerintah, selalu ada pekerjaan menulis.

Dalam konteks public relations, dikenal istilah corporate publishing atau penerbitan korporat. Perusahaan-perusahaan nonpenerbit juga melakukan aktivitas penerbitan sebagai publisitas. Pekerjaan semacam itu menjadi salah satu tanggung jawab corporate secretary atau corporate communication. 

Saya sedang menyiapkan buku tentang corporate publishing, hasil dari konversi tesis saya di Universitas Paramadina. Hampir semua perusahaan memerlukan publisitas dan melakukan publikasi. Faktanya tidak semua perusahaan itu memiliki penulis atau menggaji secara khusus seorang penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun