Judul artikel ini menjadi tajuk kegiatan lokakarya yang diselenggarakan oleh Komunitas Lentera, Depok, Minggu 12/1. Komunitas itu baru terbentuk dan saya diminta mengisi seri pertama yang dimulai Januari 2025. Judul tajuknya memang sederhana dan cenderung generik.Â
Pertanyaannya: Mengapa engkau ingin terlibat di dunia penulisan? Ada enam isu yang patut dikenali.
Engkau harus mengenali fakta bahwa menulis termasuk ke dalam keterampilan hidup (life skill). Karena itu, pembelajaran menulis di pendidikan dasar dan menengah semata untuk membuat siswa mampu menguasai literasi dasar yang akan digunakan ketika mereka dewasa kelak. Jadi, bukan untuk menciptakan mereka menjadi penulis.
Tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang dapat lepas dengan tulis-menulis. Untuk berkomunikasi melalui surat, seseorang harus menulis. Untuk melamar pekerjaan, seseorang perlu menulis. Untuk lulus di perguruan tinggi, seseorang mesti menulis. Untuk berintreaksi di media sosial, seseorang menggunakan tulisan.
Blog jurnalisme warga seperti Kompasiana yang muncul karena teknologi digital telah menjadi wadah bagi seseorang untuk mengekspresikan banyak hal, seperti informasi, pengetahuan, opini, seni, dan hiburan. Dulu tidak terbayangkan oleh saya menulis lalu dalam hitungan detik diposkan dan dibaca oleh banyak orang yang entah di mana.Â
Tahun 1990-an saat awal meniti karier dalam menulis, saya mengalami penolakan media berkali-kali. Tiga tahun menulis, tiga tahun ditolak. Barulah setelah itu dua artikel saya dimuat di tabloid lokal dan satu koran nasional (1994). Kurasi media yang ketat membuat seorang penulis pemula seperti saya harus bersabar dalam bilangan tahun.
Apa yang harus dikenali penulis ketika memasuki dunia penulisan? Saya menghadirkan enam isu berikut ini.
1. Pribadi Tertutup Vs Pribadi Terbuka
Tulisan yang bersifat pribadi dapat dibagi menjadi pribadi tertutup dan pribadi terbuka. Pribadi tertutup bersifat rahasia sehingga tulisan itu tidak akan pernah dipublikasikan. Contoh pribadi tertutup, yaitu diari (catatan harian), surat wasiat, dan mungkin surat cinta yang tidak pernah dikirimkan.
Pribadi terbuka umumnya dikenal saat media sosial mulai merambah hidup kita. Banyak sekali tulisan yang bersifat pribadi kemudian diposkan di Facebook, X (Twitter), Instagram, atau blog dengan maksud dibaca atau diketahui oleh orang lain. Efek negatif dari sini salah satunya flexing atau sikap pamer sesuatu yang sangat pribadi.
Dalam jagat penulisan, hampir tidak ada pelatihan menulis untuk tulisan-tulisan bersifat pribadi. Tulisan semacam itu tidak memedulikan standar dan kaidah penulisan, kecuali si penulisnya sudah menguasai betul.Â