Menyebut seseorang itu pemalas sangatlah subjektif. Menyebut ia tidak enggan bekerja keras, mungkin karena alasan yang transparan. Ia sudah punya warisan dari konsensus tambang orang tuanya yang tak habis tujuh turunan. Orang tuanya mungkin masuk hotel prodeo, sedangkan ia dapat menikmati hidup sambil menonton rodeo di Montana atau Texas.
Jadi, memang perlu dilihat konteksnya ROBT itu. He-he-he.
Masyarakat yang tampak santai dalam bekerja belum tentu karena kemalasan atau ogah banting tulang. Di Kota Sabang dan Kota Malang ada tradisi orang-orang menutup toko pada siang hari dan tidur siang. Di beberapa negara seperti negara Mediterania juga ada tradisi seperti itu yang disebut siesta (istirahat siang).Â
Saya juga sering tidur siang. Ya, jelas saja marah kalau dianggap ogah banting tulang.
Apa yang patut diwaspadai pada ROBT adalah faktor kelemahan mental. ROBT yang selalu resah, gelisah, dan malu pada semut merah itu berbahaya. Mirip Obbie Messakh yang sedang menunggu pacarnya.Â
Resah kok bekerja gini-gini amat, ya? Gelisah, kapan ya pemerintah menggelontorkan lagi BLT atau bansos-bansos itu lagi? Malu karena tidak ikhlas turun kelas. ROBT yang memang hidupnya dipenuhi keluhan dari hari ke hari.
ROBT seperti itu boleh disebut rakyat dari golongan SDM rendah yang sangat membebani APBN. Karena itu, ROBT dengan kelemahan mental termasuk golongan masyarakat rentan godaan judol. Selain judol, ya termasuk pinjol. Di jidatnya perlu ditempeli stiker imbauan: Katakan TIDAK pada JUDOL! Apalagi jika ia seorang laki-laki.
***
Kita dapat belajar dari semangat rakyat banting tulang dan mengajarkannya kepada anak-anak kita. Sebagai orang tua dengan dua orang anak---satu Gen Z dan satu Gen Alfa---saya ingin menitipkan semangat rakyat membanting tulang kepada anak-anak saya. Biar mereka tahu sulitnya menghadapi tantangan rollercoaster kehidupan ke depan.
Saya tidak tahu apa yang terjadi jika PPN 12% benar-benar diberlakukan di tengah tahun 2025. Saya juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dihapusnya presidential threshold pada 2029.
Anak-anak saya sudah melihat bagaimana saya membanting pena, mesin tik, dan laptop demi menghidupi keluarga dari tulis-menulis. Lalu, saya mengajukan proposal kepada istri untuk membeli Macbook Pro M3 baru. Istri saya pun membanting proposal itu dan mengatakan, "Mengapa tidak sekalian M4?"