Masalahnya sering kali justru terjadi "keberatan gelar" dan "keringanan materi". Antara gelar yang disandangnya dengan materi dan penyajian di dalam bukunya tidak sinkron. Gelarnya mentereng, tetapi isi bukunya "melarat".
Alasan Gelar Akademis Tidak Perlu Dicantumkan
Bagi yang beraliran gelar akademis harus muncul pada kover buku ilmiah maka saya uraikanalasan berikut ini, terutama para penerbit yang berkontribusi mendorong penulis mencantumkan gelar akademisnya. Ada empat poin yang melandasi pemikiran sebaiknya gelar akademis tidak dicantumkan pada karya tulis ilmiah.
Objektivitas dan Netralitas: Materi atau konten dalam suatu bidang keilmuan di dalam buku harus dinilai berdasarkan bobot konten tersebut (kebenaran dan kelayakan), bukan berdasarkan siapa penulisnya. Pencantuman gelar di dalam kover buku seolah hendak menunjukkan "ini loh yang menulis, gelarnya profesor dan banyak pula" sehingga bergantung pada status akademis si penulis, bukan pada substansi dan kualitas penelitian, pengembangan, dan pemikiran yang disampaikannya.
Potensi Bias Pembaca: Gelar akademis pada kover buku dapat memengaruhi persepsi pembaca sebelum mereka membaca isi buku tersebut. Hal itu yang kerap menjadi alasan marketing buku. Pembaca berpotensi memiliki prasangka tertentu terhadap isi buku berdasarkan gelar si penulis sehingga dapat memengaruhi penilaian mereka terhadap karya tersebut.
Simpel dan Profesional: Kover buku yang simpel dan profesional biasanya lebih diutamakan dalam publikasi ilmiah. Jadi, gelar-gelar itu dapat mengganggu estetika tampilan kover karena menggunakan beberapa tanda baca sehingga boleh jadi juga terlihat kurang profesional. Fokus utama pada kover selayaknya adalah judul buku dan nama penulis tanpa memerlukan embel-embel lain.
Taat Asas dalam Publikasi: Kebijakan penerbit buku ilmiah yang tidak mencantumkan gelar akademis pada kover buku merupakan bagian dari standar penerbitan dan taat asas terhadap aturan yang jamak disepakati oleh kalangan ilmiah-akademis. Dengan demikian, terdapat ketaatasasan atau konsistensi pada keseluruhan publikasi yang menunjukkan profesionalitas penerbit.
Di dalam Permendikbudristek Nomor 22 Tahun 2022 tentang Standar Mutu Buku, Standar Proses dan Kaidah Pemerolehan Naskah, serta Standar Proses dan Kaidah Penerbitan Buku  perihal pencantuman gelar akademis di kover buku juga disinggung. Regulasi tersebut melarang pencantuman gelar akademis di kover buku pendidikan.
Gaya CMS memberi opsi gelar tersebut dapat dicantumkan pada bagian biografi ringkas penulis yang ditempatkan biasanya di bagian akhir buku. Jadi, tidak perlu ditonjolkan di kover buku yang memang menjadi "etalase" penjualan buku, tetap penulis dapat mengungkapkannya pada bagian biografi ringkas atau profil penulis.
***
Itu salah satu masalah gelar yang digelar di dalam buku sehingga berpulang utamanya pada penerbit. Jika penerbit buku ilmiah taat asas pada penerapan suatu gaya selingkung, ia akan "mencegah" pencantuman gelar itu. Namun, lain lagi ceritanya jika penerbit malah taat asas untuk mencantumkan gelar akademis atau merayu penulis mencantumkannya, itu juga gaya selingkung.
Profesor perlu insaf untuk tidak mencantumkan gelarnya di kover buku. Biarkan publik pembaca yang menilai bahwa sang profesor benar-benar menulis buku yang mencerahkan dan mencerdaskan sesuai dengan kapasitasnya.