Di seberang sungai ada permukiman penduduk. Kami menyebut anak-anak yang tinggal di sana dengan sebutan 'anak seberang'. Dengan merekalah kami berperang meriam bambu pada malam hari setelah tarawih.Â
Di pabrik es kami memiliki bahan baku karbit selain minyak tanah untuk meletupkan meriam. Ini menjadi kemeriahan lain pada bulan Ramadan. Dentuman meriam bambu bisa sangat keras.
Tapi, semua itu mungkin hanya tinggal kenangan. Mungkin hanya sedikit yang tersisa dari "tradisi" itu karena zaman sudah berubah. Lokasi kompleks pabrik es Saripetojo yang dulu saya tempati kini sudah menjadi lokasi sebuah pasaraya (supermarket). Tak ada lagi yang tersisa karena aset perusahaan daerah itu sudah dijual sejak lama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H