Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berhati-hati Tersandung Plagiat Tak Disengaja

16 Januari 2024   06:23 Diperbarui: 16 Januari 2024   09:00 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman saya mengirim sebuah pesan WA. Ia bertanya perihal besaran honor untuk mengecek korespondensi di karya tulis ilmiah (KTI). Pasalnya, selama ini ia memberi jasa pengecekan itu sekadar menolong. Namun, ternyata lama-kelamaan semakin banyak dan rumit. 

Apalagi jika permintaan itu termasuk mengonversi satu gaya sitasi (kutipan) ke gaya yang lain. Konversi ini harus dikerjakan secara manual meskipun sudah ada aplikasi yang mempermudah sitasi seperti Mendeley dan aplikasi lainnya yang bertebaran di mesin pencari. Banyak penulis yang juga tidak menggunakan aplikasi tersebut.

Saya menjawab jasa semacam ini termasuk unik dan belum ada standar honornya. Namun, kebutuhannya ada. Saya hanya tahu ada jasa mengerjakan indeks, orangnya disebut indexer. Jasa pengecekan sitasi lebih banyak dilakukan melalui aplikasi.

Sitasi di dalam KTI

Kompasianer yang pernah atau malah sering menulis KTI tentu tak asing dengan istilah 'sitasi'. Istilah ini tercantum di KBBI, padanan dari citation dalam bahasa Inggris. Sitasi menurut KBBI sama dengan 'kutipan' dan ada keterangan 'referensi dalam sebuah karya ilmiah ke tulisan lain yang diambil dari buku, makalah, atau sumber lain'.

Mengapa sitasi seperti itu harus dicek? Kesalahan dan ketidaktepatan sitasi dapat menyebabkan sebuah KTI terindikasi plagiat lalu ujung-ujungnya ditolak untuk publikasi. Ya, ini termasuk plagiat yang tidak disengaja disebabkan keteledoran ataupun ketidaktahuan. 

Perihal ini pula yang sering membuat dosen pembimbing karya kesarjanaan (skripsi, tesis, disertasi) pusing. Memang ada juga dosen yang abai soal ini sehingga tidak terlalu mempermasalahkan. Namun, semestinya dosen pembimbing harus mencegah mahasiswanya melakukan plagiat tidak disengaja ini.

Perihal kutip-mengutip memang sedikit rumit yang memerlukan ketelitian, ketaatasasan (konsistensi), dan ketekunan dalam menerapkannya. Para penulis akan diminta menerapkan satu gaya selingkung, misalnya APA Style, dalam sitasi KTI. Gaya ini akan memandu bagaimana sitasi dilakukan dengan sistem catatan, yaitu catatan kaki, catatan badan, dan catatan akhir. 

Biasanya dipilih satu sistem catatan saja atau gabungan dua sistem. Saat ini yang paling banyak digunakan ialah catatan badan karena lebih mudah dalam keterbacaan dan terintegrasi di dalam teks.

Sitasi Berkurung dan Sitasi Naratif

Ada dua jenis sitasi dalam catatan badan, terutama digunakan dalam gaya APA 7, yaitu sitasi berkurung dan sitasi naratif. Berikut ini contohnya.

Sitasi berkurung:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun