"Makanya kalau Anda menjadi editor, harus teliti dan cermat!"
Kisah tersebut saya modifikasi ulang tanpa mengurangi esensinya. Artinya, saya dapat mengutip cerita dari apa yang saya baca. Begitu pula saya dapat mengutip cerita dari apa yang saya dengar dan apa yang saya alami sendiri. Saya berusaha mengumpulkan banyak stok cerita, terutama dari membaca agar nanti dapat saya gunakan untuk mengantarkan suatu topik tulisan.
Tidak ada dasar yang menyebutkan bahwa story telling itu kurang ilmiah. Sebuah kisah yang benar-benar terjadi (faktual) adalah bukti yang tak terbantahkan. Ia dapat menjadi pengantar atau penguat sebuah argumentasi ilmiah.
Satu lagi yang harus saya sebut di sini adalah buku-buku karya Malcolm Gladwell. Gladwell adalah penulis yang berfokus pada tema psikologi sosial meskipun ia berlatar belakang pendidikan sejarah. Seri buku-buku Gladwell sangat saya sukai karena dipenuhi dengan kisah-kisah menakjubkan yang tidak pernah saya dengar atau baca sebelumnya.Â
Dari buku Mafia Bomber karya Gladwell saya tahu ada seseorang berkebangsaan Belanda kelahiran Semarang yang mengubah sejarah Perang Dunia II karena temuannya. Namanya Carl Norden. Temuan pentingnya adalah pembidik bom (bombsight).
Sebagaimana dikisahkan Gladwell, pembidik bom itu sejatinya komputer analog. Ia suatu alat kompak bermesin yang terdiri atas cermin-cermin, teleskop, gotri, waterpas, dan pemutar. Norden menciptakan 64 algoritma yang dipercayainya bakal menjawab semua pertanyaan dalam pengeboman kala itu. Ciptaan Norden menarik perhatian militer AS sehingga dipesan dalam jumlah besar.Â
Hal inilah yang sedikit banyak mengubah sejarah peperangan dari yang banyak menumpahkan darah menjadi perang yang berfokus membidik titik-titik tertentu dari musuh. Sebelumnya perang menggunakan pesawat tempur menjatuhkan bom secara membabi buta sehingga menimbulkan korban yang sangat besar.
Anda dapat rasakan bagaimana sebuah cerita yang tidak pernah kita dengar sebelumnya, menarik minat pembaca. Cerita itu membuat tulisan berkadar ilmiah menjadi maknyus.
Cara Menulis Kisah
Wahai para ilmuwan dan akademisi Indonesia, berlatihlah untuk menuliskan kisah dan menyisipkannya. Tiga unsur utama cerita perlu dipahami, yaitu tokoh, latar (waktu, tempat, suasana), dan alur (termasuk konflik di dalamnya). Ungkapkanlah apa yang Anda alami (lihat, dengar, rasa) ke dalam sebuah kisah.Â
Anda dapat berfokus pada tokoh dan kisah yang melatarinya. Anda juga dapat berfokus pada peristiwa yang terjadi. Buatlah diri Anda sebagai juru cerita untuk mengantarkan pemahaman sains.
Buat stok cerita di dalam folder komputer Anda. Jika Anda sulit menuliskannya, rekam saja dulu dengan ponsel cerdas Anda. Lalu, rekaman itu dapat Anda konversi menjadi kata-kata dengan aplikasi voice to text.