Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Dan Mudik pun Tinggal Kenangan

20 April 2023   10:22 Diperbarui: 21 April 2023   03:23 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Creativa Images

Beliau menjawab, "Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: 'Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni.' Maka Aku mengucapkan amin. Kemudian, Dia (Jibril) berkata: 'Celakalah seorang hamba jika mendapati kedua atau salah satu orangtuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orangtuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga.' Aku pun mengucapkan amin. Lalu, Dia (Jibril) berkata lagi: 'Celakalah seorang hamba jika namamu disebutkan di hadapannya, tapi dia tidak bersalawat untukmu. Maka Aku pun mengatakan amin." (H.R. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi)

Sungguh celaka mereka yang diberi kesempatan masih adanya kedua orangtua atau salah satu dari mereka, tetapi tak ada rasa tergerak untuk berjumpa. Tak elok membiarkan sampai semuanya tiada sehingga datang penyesalan yang telat.

Maka dari itu, pulanglah wahai saudara-saudaraku yang masih memiliki ayah-ibu, atau ayah saja, atau ibu saja. Masih ada waktu mengambil keputusan dan berkemas.

Gunakan kesempatan mudik yang langka ini, apalagi semakin besar alangan mudik yang kita hadapi dari tahun ke tahun. Sejatinya kita tak dapat memprediksi waktu akan mampu bertemu lagi dengan orangtua kita. Hari demi hari begitu berharga untuk membahagiakan mereka.

Mudik bagi saya hanya tinggal kenangan. Jika pun berkunjung ke kampung halaman, saya hanya mendapati rumah orangtua saya yang kosong. Hanya ada saksi bisu perabotan rumah dan foto-foto di dinding. Saksi bisu yang menghidupkan kenangan untuk disenyumi atau malah ditangisi. Satu-satunya dorongan untuk mudik kini hanyalah berziarah ke makam kedua orangtua, mendoakan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun