Gagasan berupa poin-poin ini juga banyak dipakai dalam ceramah keagamaan atau ceramah motivasi. Salah satu alasannya tentu saja agar memudahkan pemaparan secara sistematis.Â
Masalahnya, apakah dengan poin berupa angka itu si penggagas sudah menyusunnya secara logis dan sistematis? Nah, ini pula yang membedakan antara penggagas pemula dan penggagas dengan jam terbang tinggi.
Fenomena lain pengembangan gagasan adalah formula. Ibaratnya sang penulis adalah dokter atau tabib, ia menawarkan sebuah formula untuk memecahkan masalah. Contohnya Robet Kiyosaki yang menawarkan formula Cashflow Quadrant (ESBI = employee-self employee-business owner-investor). CQ adalah formula perubahan seseorang dalam karier dari suatu kuadran ke kuadran lainnya.
Para motivator atau pemuka agama banyak yang senang menyodorkan gagasan berupa formula. Jika mereka menemukan sebuah formula, itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Ary Ginanjar pernah sangat populer dengan formula ESQ. Kalau Anda membaca buku ESQ, termasuk rumit maka Anda lebih mudah memahami dengan mengikuti pelatihan ESQ.
Prolog dan Epilog
Sejatinya gagasan penting dalam penulisan buku nonfiksi adalah MASALAH. Orang mau membaca apabila buku itu mengungkit masalah pada dirinya dan memberi solusi.
Karena itu, di dalam pengembangan gagasan berbasis masalah, penulis harus sadar menuntaskan masalah dengan solusi yang jitu. Jika tidak, bukunya tidak akan memberi pengaruh yang signifikan.
Sebuah masalah perlu diperkenalkan dulu kepada pembaca dalam bentuk peristiwa, fenomena, atau momentum. Contohnya dengan situasi kondisi pandemi COVID-19 kini, Anda dapat mengembangkan sebuah gagasan tulisan dengan mencomot data dan fakta dari peristiwa, fenomena, dan momentum terkait pandemi.
Pengenalan yang banyak digunakan oleh para penulis Barat, termasuk penulis di Indonesia adalah model pengisahan atau dalam bahasa yang populer sekarang disebut story telling. Para penulis dapat mencomot kisah dari pengalaman pribadinya atau pengalaman orang lain.
Pada buku baru bertajuk Range: Mengapa Menguasai Beragam Bidang Bisa Membuat Kita Unggul di Dunia yang Mengedepankan Kekhususan Bidang karya David Epstein, Bab Pendahuluan dibuka dengan kisah Tiger Woods dan Roger Federer.
Saya yakin Epstein telah meriset dulu dan memilih kisah Tiger dan Roger sebagai pembuka bukunya yang mengupas soal kaum generalis ini.
Penulis kita secara dominan jarang membuka awal penulisan buku dengan berkisah. Malah seringnya langsung menyodorkan teori, definisi, atau konsep. Kalaupun berkisah, biasanya tidak terlalu kreatif mencomot kisah-kisah menarik.