Di status FB, seorang penulis yang juga peneliti, Yusran Darmawan, mengisahkan bagaimana ia mendapat tawaran mengisi pelatihan jurnalistik dari KBRI Jeddah. Ia harus mengisinya di Makkah, Madinah, dan Jeddah. Alhasil, sekalian umroh "gratis". Tentu ini luar biasa.
Saya sendiri belum pernah diundang mengisi pelatihan menulis di luar negeri. Nah, mudah-mudahan ada yang ngundang. Aminkan Kompasianer ....
***
Jasa penulisan-penerbitan itu masih seperti laut biru sesungguhnya. Jarang ada penulis yang justru masuk ke dalamnya. Ada nama-nama yang saya kenal sudah menikmati jalur ini.Â
Sebut saja, seperti Alberthiene Endah, Anang Y.B., Agoeng Widyatmoko, Yusran Darmawan, Dodi Mawardi, dan Iqbal Aji Daryono.Â
Ada pemain kelas kakap dan ada pula pemain kelas teri. Kelas kakap tentu sudah mengantongi puluhan hingga ratusan juta dalam sekali proyek penulisan.Â
Kelas teri ya nerima ratusan ribu rupiah sudah bahagia. Namun, yang teri segera dapat menjadi kakap. Yang kakap ya pensiun menikmati hari tua.
Potensi pasar jasa penulisan itu boleh jadi mencapai miliaran per tahunnya. Di lembaga pemerintah, jasa-jasa penulisan ini seperti tidak terlihat, tetapi ada banyak, termasuk jasa penulisan buku.Â
Tentu untuk mendapatkan pekerjaan penulisan seperti ini, penulis harus membangun reputasi dan jejaring. Tanpa portofolio karya dan jejaring, orang tidak akan percaya.
***
Masih skeptis tentang profesi penulis? Penulis itu bagaimanapun harus terus dilahirkan di negeri ini. Kalau tidak ada yang menulis, masyarakat kita mau membaca apa? Sama halnya kalau tidak ada yang membaca, buat apa kita menulis? Jadi, menulislah agar penulis tetap jalan-jalan.[]