Jika Anda sangat akrab dengan soal paragraf/alinea, Anda pasti dapat mengenali format paragraf yang digunakan di Kompasiana ini. Kompasiana menggunakan paragraf berformat blok rata kiri dan tidak rata kanan. Pada paragraf format blok, perpindahan paragraf ditandai dengan spasi antarparagraf.
Saat membaca tulisan, pembaca dapat mengenali perpindahan pokok pikiran teks melalui paragraf/alinea. Secara teori yang dipelajari sejak di sekolah dasar, kita mengetahui bahwa paragraf terdiri atas hanya satu pokok pikiran/topik. Hal ini ditandai adanya satu kalimat utama atau kalimat topik.
Selanjutnya, kalimat utama dibantu penjelasannya dengan kalimat penjelas. Itu sebabnya satu paragraf lazimnya memiliki sekurang-kurangnya dua kalimat yaitu satu kalimat utama dan satu kalimat penjelas. Para editor yang sudah mafhum dengan teori ini pasti mengedit paragraf yang hanya terdapat satu kalimat.
Baca juga : 6 Cara Menyusun Kalimat dan Paragraf yang Efektif
Cara mengetikkan paragraf dan perpindahannya pun lazim menggunakan dua format. Pertama disebut format blok, yaitu perpindahan paragraf ditandai spasi yang lebih besar antarpagraf daripada spasi antarbaris kalimat. Hal ini yang berlaku pada Kompasiana.
Mengapa? Soalnya pembaca sudah dapat menandai paragraf pertama sebagai paragraf tanpa perlu dijorokkan (ini juga aneh, hehehe). Sebagai penggantinya, sering digunakan variasi yang disebut drop capital yaitu huruf awal diset kapital dan lebih besar antara 2-3 baris.
Ketika memulai paragraf baru setelah judul subbab atau sub-subbab, paragraf pertama kembali rata kiri tanpa takuk. Lalu, paragraf kedua dan seterusnya baru dapat diset menjorok atau bertakuk.
Baca juga : Megnuji Otak Degnan Tiga Paragraf
Satu hal lagi apabila Anda mengeset paragraf/alinea dalam format indent/bertakuk, setiap perpindahan paragraf tidak perlu ditambahkan spasi antarparagraf. Jika alasannya menjadi sulit dibaca, ya gunakan saja format paragraf blok.
Jadi, hal yang saya bahas ini soal standar pengatakan (perwajahan/desain) halaman yang masih sering diabaikan para pengatak dan editor. Ada beberapa penerbit sudah menerapkannya dan konsisten. Namun, ada juga yang kadang menerapkan dan kadang tidak.
Demikian pula pada karya tulis ilmiah, sebuat saja skripsi, tesis, dan disertasi, format standar pengetikan paragraf bertakuk ini sering diabaikan. Umumnya paragraf pertama selalu ditik menjorok.
Baca juga : Tiga Tip Menganggit Paragraf Penghubung Biar Nyambung
Maka dari itu, mari segera insaf. Selamat beraktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H