Namun, malam hari menjelang pukul 20.00, ia mengabari saya lagi via WA. Ternyata, ia satu-satunya wakil Indonesia yang dinyatakan menang dengan posisi juara III. Juara I dan juara II? Tentu saja orang Malaysia. Ia berhak memboyong hadiah uang RM1.000. Â
Tasaro GK sebenarnya bukanlah penulis "kemarin sore" untuk ukuran Indonesia. Karya novelnya tentang Nabi Muhammad saw. memukau banyak orang. Ia sedang menggagas novel Al Masih yang berkisah tentang sejarah Nabi Isa a.s. Ini pertaruhan bakat imajinasinya dan ketelitian dalam riset. Karena itu, tidak mengherankan P2P Media 360 ASEAN mengganjarnya juara ketiga---meskipun menurut saya pantasnya ia juara I. Namun, mungkin penulis Malaysia memang lebih hebat sehebat gagasan mereka dalam soal perbukuan.
Indonesia sebagai tamu kehormatan semestinya juga dapat belajar banyak dari Malaysia tentang penyelenggaraan pameran bertaraf internasional ini. Bau-bau ASEAN-nya mereka bawa meskipun mereka juga tidak lupa memperlihatkan superioritasnya di antara negara ASEAN lain, paling tidak dalam soal keliterasian. Mereka berambisi menjadi pusat perbukuan di ASEAN.
Malaysia punya program, namun masih beruntung Indonesia punya Tasaro GK, selain Sapardi Djoko Damono, Andrea Hirata, dan Pidi Baiq yang juga mendapat anugerah literasi di sana.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H