Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ide Buku, Malaysia Punya Program, Indonesia Punya Tasaro

2 Mei 2018   11:08 Diperbarui: 4 Mei 2018   05:10 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paviliun Indonesia di KLIBF (Sumber: Ikapi)

"We are aware that there are many undiscovered talented writers out there. Therefore, P2P is the golden opportunity for them to shine and get the recognition for their talents. We hope the competition will encourage not just our nation's creative writers, but ASEAN writers as well to boost their talents and strive to enrich the publishing industry as a whole." 

("Kami sadar bahwa ada banyak penulis berbakat yang belum ditemukan di luar sana. Oleh karena itu, P2P adalah kesempatan emas bagi mereka untuk bersinar dan mendapatkan pengakuan atas bakat mereka. Kami berharap kompetisi ini akan mendorong tidak hanya penulis kreatif bangsa kita, tetapi para penulis ASEAN juga untuk meningkatkan bakat mereka dan berusaha untuk memperkaya industri penerbitan secara keseluruhan.")

Itulah kutipan pengantar dari Cik Sayed Munawar, CEO Kota Buku---sebuah lembaga perbukuan Malaysia yang berkonsentrasi pada penyiapan buku-buku masa depan, terutama teknologi digital. Cik Sayed Munawar memberi pengantar tentang program Page to Pitch (P2P) Media 360 ASEAN yang digadang-gadang untuk menjaring bakat tersembunyi para penulis ASEAN.

Kutipan itu saya comot dari laman Page to Pitch Media 360 ASEAN dari situs kltcc.com. P2P Media 360 ASEAN adalah bagian dari program di Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) yang memberikan penghargaan terhadap ide buku dari para penulis ASEAN.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa saat ini tengah berlangsung Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) di Malaysia dan Indonesia didaulat menjadi tamu kehormatan. Sayang, saya sendiri saat ini belum berkesempatan berkunjung ke sana lagi. Perbukuan Indonesia bukanlah sesuatu yang asing bagi Malaysia.

Kembali soal P2P Media 360 ASEAN itu, tahun 2018 ini ada 10 penulis menjadi nomine atau finalis yang berpeluang mendapatkan penghargaan. Lima di antaranya dari Indonesia, yaitu Ary Nilandari (One Reason), Dewi Tri Kusumah Handayani (The Sleep Traveler), Evi Shelvia (Misnem), Taufiq Saptoto Rohadi (Al Masih), dan Wahyuna Wardoyo (Menyelami Indonesia). Lima yang lain dari negeri jiran Malaysia.

Jadi, ini "pertempuran" lain antara Indonesia dan Malaysia layaknya Dangdut Asia. Bedanya kalau Dangdut Asia pelopornya Indonesia dan yang menang juga pasti orang Indonesia.

Kesepuluh peserta itu harus melakukan presentasi (pitching) tentang ide bukunya. Mereka diundang ke Malaysia, tetapi panitia tidak membiayai akomodasi dan transportasi. 

Tiga dari lima penulis Indonesia itu saya kenal. Ary Nilandari, penulis buku anak dan remaja yang penggemarnya banyak di Indonesia. Evi Shelvia, penulis buku sekaligus ilustrator buku anak, dan tentu saja Taufiq Saptoto Rohadi alias Tasaro GK.

Malangnya, sesuai dengan ceritanya via WA, Tasaro tidak dapat hadir ke KL pada tanggal 30 April kemarin. Ia ada agenda lain, di samping ia juga masih harus berangkat ke KL tanggal 2 Mei (selang dua hari)  untuk keperluan mengisi workshop atas undangan panitia Indonesia di KLIBF. Tasaro mengirimkan presentasi dan videonya via email dan siap diwawancarai secara daring (online) oleh panitia P2P karena memang diperbolehkan.

HP-nya dalam keadaan mati ketika panitia berkali-kali meneleponnya, padahal ia telah memasang alarm dan wanti-wanti. Rupanya ia lupa perbedaan waktu antara KL dan Bandung adalah satu jam lebih awal di KL. Alhasil, ia melewati sesi presentasi yang menentukan itu. Tasaro mengutuki ke-ndeso-annya kepada saya via WA pagi hari kemarin. Ia patah arang bakal menjadi juara.

Namun, malam hari menjelang pukul 20.00, ia mengabari saya lagi via WA. Ternyata, ia satu-satunya wakil Indonesia yang dinyatakan menang dengan posisi juara III. Juara I dan juara II? Tentu saja orang Malaysia. Ia berhak memboyong hadiah uang RM1.000.  

Tasaro GK sebenarnya bukanlah penulis "kemarin sore" untuk ukuran Indonesia. Karya novelnya tentang Nabi Muhammad saw. memukau banyak orang. Ia sedang menggagas novel Al Masih yang berkisah tentang sejarah Nabi Isa a.s. Ini pertaruhan bakat imajinasinya dan ketelitian dalam riset. Karena itu, tidak mengherankan P2P Media 360 ASEAN mengganjarnya juara ketiga---meskipun menurut saya pantasnya ia juara I. Namun, mungkin penulis Malaysia memang lebih hebat sehebat gagasan mereka dalam soal perbukuan.

Indonesia sebagai tamu kehormatan semestinya juga dapat belajar banyak dari Malaysia tentang penyelenggaraan pameran bertaraf internasional ini. Bau-bau ASEAN-nya mereka bawa meskipun mereka juga tidak lupa memperlihatkan superioritasnya di antara negara ASEAN lain, paling tidak dalam soal keliterasian. Mereka berambisi menjadi pusat perbukuan di ASEAN.

Malaysia punya program, namun masih beruntung Indonesia punya Tasaro GK, selain Sapardi Djoko Damono, Andrea Hirata, dan Pidi Baiq yang juga mendapat anugerah literasi di sana.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun