Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tentang Produktif Menulis Buku

3 Maret 2018   07:44 Diperbarui: 3 Maret 2018   11:12 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian juga dengan ukuran kuantitas seberapa banyak tulisan atau halaman-halaman dihasilkan juga bukan jaminan buku itu berkualitas. Ada buku yang tebalnya hanya 36 halaman, tetapi mampu mengubah hidup banyak orang. Ada buku yang tebalnya lebih dari 200 halaman, tetapi tidak memberikan gagasan apa pun untuk perbaikan hidup seseorang. 

Buku yang Baik

Buku yang baik menurut saya adalah buku yang memiliki daya gugah, daya ubah,dan daya pikat.  Apa maksudnya?

Buku mengandung daya gugah artinya isi buku mendorong pembaca untuk terus membaca dan menyelesaikan bacaannya. Boleh disebut juga buku yang mendorong minat baca seseorang.  Daya gugah terdapat pada tema, topik, judul, dan penyajian buku.

Buku mengandung daya ubah artinya isi buku itu dapat menginspirasi  pikiran dan perasaan pembaca untuk berubah lebih baik pada masa kini dan masa yang akan datang. Daya ubah ditunjukkan dari materi buku yang  mampu dipercaya oleh pembaca, sekaligus memengaruhinya.

Buku mengandung daya pikat artinya menarik dari segi perwajahan yaitu  mencakup format, fungsi, dan fitur sehingga mengandung nilai estetis  dan kebermanfaatan bagi pembaca. Hal ini terkait dengan konteks atau  kemasan buku sehingga memikat orang untuk membaca, bahkan memilikinya.

Daya itu yang membuat penulis buku menjadi sangat istimewa di mata para pembacanya. Apalagi, jika isi buku sampai pada tahap mengubah pembacanya sehingga testimoni yang diungkapkan benar-benar tulus dan jujur--bukan sekadar iklan.

***

Jika ingin disebut produktif, seorang penulis harus membuat perencanaan sama dengan memulai sebuah bisnis. Bidang kepakaran, kebiasaan, dan gaya penulisan yang diterapkan seorang penulis ibarat model bisnis yang siap ia kembangkan. Ia dapat menciptakan bank ide/gagasan untuk menampung berbagai gagasan yang siap dituliskan.

Selain perencanaan yang matang, seorang penulis juga harus memperhitungkan momentum peluncuran bukunya dan target pembaca sasaran yang hendak ia tuju. Dengan demikian, ia sudah dapat menetapkan tenggat (deadline) penulisan buku.

Itu resep untuk menjadi produktif menulis buku. Jadi, bukan berdasarkan spontanitas yang tidak direncanakan. Nah, itu yang dulu saya lakukan ketika memimpin sebuah lembaga jasa penerbitan (publishing service). Sepanjang 2008-2012, tim saya sudah menghasilkan lebih dari 400 judul buku untuk berbagai penerbit dengan berbagai bidang dan topik.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun