Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Seksinya" Penulis Sejarah

21 September 2017   08:36 Diperbarui: 21 September 2017   14:34 3538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku sejarah Kota Bontang yang saya tulis (Foto: Dok. Penulis)

Saya kira para penulis sejarah itu memang "seksi" dari sisi kontoversi sejarah dalam versi penemuan atau penelitiannya. Karena itu, tidak jarang antarpenulis sejarah saling bersengketa. Bahkan, di dalam ilmu sejarah ada yang disebut historiografi yaitu ilmu menuliskan sejarah. Mungkin karena banyak penulis sejarah yang "asnul" alias asal nulis maka Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, memelopori tersusunnya SKKNI Penulis Sejarah (SKKNI No. 94 Tahun 2017).

Ini juga menjadi catatan sejarah karena profesi Penulis Sejarah menjadi profesi penulis pertama yang memiliki SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Artinya, akan berdiri pula lembaga sertifikasi profesi (LSP) khusus penulis sejarah. Mereka yang tidak tersertifikasi sebagai penulis sejarah tentu diragukan sebagai penulis sejarah. Namun, apa iya sertifikasi akan menjamin subjektivitas penulisan sejarah akan tereliminasi dengan sendirinya? 

Boleh jadi juga karena penulis sejarah ini memang "seksi" maka harus disertifikasi. Penulis sejarah akan diperlukan untuk meneliti dan menuliskan sejarah untuk kepentingan utama sebagai dokumentasi dan bahan kajian generasi masa mendatang, baik oleh negara maupun oleh swasta dan perseorangan. Sebagai contoh, penulis biografi adalah para penulis sejarah yang bekerja secara profesional untuk menuliskan sejarah hidup tokoh tertentu (perseorangan). Ada istilah biografi resmi (official biography) untuk menyebut biografi yang resmi diberi izin oleh si empunya kisah hidup untuk dituliskan dan diterbitkan. 

Soal subjektivitas dan objektivitas tentu sangat bergantung pada integritas si penulis sejarah itu sendiri. Objektivitas sangat mungkin terjadi jika si penulis sejarah menulis secara independen--bukan merupakan pesanan atau ada yang mensponsori. Pemelintiran sejarah hanya terjadi pada para penulis sejarah yang memiliki bakat tukang gulat. 

Seksinya penulis sejarah
Ada pengalaman saya menarik soal penulisan sejarah ini. Suatu saat PT Badak NGL mengundang saya untuk melakukan penulisan sejarah Kota Bontang (Kaltim). Sebuah buku yang terbit lebih dulu ternyata membuat gerah manajemen PT Badak NGL. Buku yang dimaksud ditulis dan diterbitkan atas sokongan PT Pupuk Kaltim--BUMN yang juga berada di Kota Bontang. Karena itu, versi sejarah Kota Bontang yang terbit sangat menonjolkan peran PT Pupuk Kaltim dalam membangun Bontang. Adapun peran PT Badak NGL dituliskan secuil. 

Dua bulan saya bolak-balik Bandung-Bontang dan kadang tinggal di sana selama seminggu untuk melakukan riset pustaka, wawancara, dan menulis. PT Badak NGL punya fakta berharga berupa foto-foto sejak tahun 1970-an hingga 2000-an terkait pembangunan yang mereka lakukan terhadap Bontang. Selain itu, masih ada saksi sejarah yang dapat diwawancarai. Logika ilmu juga berperan di sini bahwa tidak mungkin ada pabrik pupuk tanpa ada pabrik gas yang memasok bahan baku pembuatan pupuk terlebih dahulu. Secara kronologis memang PT Badak NGL yang kali pertama membuka Bontang, kawasan hutan yang dalam versi sejarahnya hanya dihuni beberapa keluarga pendatang.

Buku sejarah Kota Bontang yang saya tulis (Foto: Dok. Penulis)
Buku sejarah Kota Bontang yang saya tulis (Foto: Dok. Penulis)
PT Badak NGL adalah perusahaan gas nasional yang pernah menjadi produsen gas terbesar di dunia. Sejak awal berdiri, anak perusahaan Pertamina ini telah mendapatkan kontrak pembelian gas dari Jepang. Modal pembangunan Orba juga sangat terbantu dari hasil gas perusahaan ini sehingga keputusan membangun kilang yang diajukan Ibnu Soetowo dan diamini Soeharto kala itu menjadi keputusan yang sangat tepat. Kini kilang PT Badak NGL akan berhenti berproduksi karena kandungan gas sudah menipis. Namun, infrastruktur di sana masih lengkap dan berfungsi baik. Pendapatan gas selama puluhan tahun itulah yang telah membantu pertumbuhan dan perkembangan Kota Bontang. 

Tidak banyak yang tahu tentang PT Badak NGL karena tidak ada buku sejarah yang dituliskan. Saya meyakini banyak perusahaan nasional pada masa lalu yang sampai kini tidak memiliki buku sejarah. Banyak juga daerah yang belum mendokumentasikan sejarahnya dalam bentuk buku. Alhasil, sangat mungkin terjadi sejarah yang simpang siur.

Namun, memang sifatnya penulis sejarah kental bermuatan kontroversial. Riset sejarah juga menghasilkan interpretasi sejarah yang sangat mengandalkan data dan fakta. Beruntung sekali penulis sejarah yang dapat menemui pelaku sejarah yang masih hidup atau mendapatkan bukti-bukti autentik peristiwa sejarah. Dengan demikian, paling tidak bias sejarah dapat dihindarkannya.

***

Tertarik menjadi penulis sejarah? Jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah) kata Presiden Soekarno. Masa lalu itu memang "seksi" untuk dibedah, apalagi yang masuk kategori ngeri-ngeri sedap. Terbongkarnya fakta sejarah menjadi "jualan" yang selalu ditunggu oleh massa. Jadi, kalau mau menonton atau menentang film Pengkhianatan G30S/PKI tidak usah terlalu baper. Tonton saja dan buatlah resensi filmnya agar Anda tetap menulis dan waras--sembuh jasmani, sehat rohani (menurut KBBI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun