Tidak sampai sebulan, saya sudah menerima tiga laporan tentang buku rekan-rekan penulis yang diplagiat dalam bentuk buku lagi dengan judul yang mirip atau paling tidak mengandung satu-dua kata kunci dari buku mereka. Pertama, saya dikontak Mas Dodi Mawardi terkait bukunya Belajar Goblok dari Bob Sadino yang dijiplak dengan judul BobSadino Goblok Pangkal Kaya diterbitkan oleh Penerbit Genesis (Jogja). Kalau penulisnya berinisial HW--lihat saja kepanjangannya di foto.Â
Kedua, secara tidak langsung, saya juga ditautkan status Mas Arvan Pradiansyah tentang bukunya berjudul You are A Leader. Buku "kembarannya" itu berjudul 101 Amazing Leadership Idea ditulis oleh PA--nama belakangnya hampir mirip dengan penulis asli. Penerbit buku jiplakan itu bernama Anak Hebat Indonesia (AHI) yang juga berlokasi di Jogja.
Modus Penjiplakan
Penjiplakan atau plagiat yang dilakukan pada buku-buku tersebut, kecuali buku ketiga yang masih dalam investigasi, adalah jenis plagiat paling kurang ajar. Bahasa kerennya seperti yang pernah ditulis  Masri Sareb Putra, dalam bukunya Kiat Menghindari Plagiat (2011) adalah direct plagiarism.Si plagiator mengopi langsung sumber kata demi kata tanpa menunjukkan bahwa itu adalah hasil pengutipan karya orang lain.
Gibaldi dan Achtert (dalam Fanany, 1992) menyebut plagiat kata per kata adalah plagiat paling parah. Bahkan, Gibaldi dan Achtert serta Markman (dalam Fanany, 1992) menyetujui suatu teks dapat dicap plagiat walaupun tidak sepenuhnya berisikan kata-kata yang persis sama. Jika di antara kata-kata itu ada ditambahkan kata lain, itu tetap plagiat.
Para penjiplak yang ternyata lulusan sarjana, bahkan S-2 ini selalu berkilah bahwa buku yang mereka jiplak sudah dicantumkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Saya tertawa miris mendengar alasan ini. Sejak kapan daftar pustaka menjadi pengesahan seseorang untuk menjiplak/mengutip tanpa mencantumkan sumber atau menerangkan bahwa itu adalah kutipan?
Jadi, saya mengumpulkan lagi buku-buku tentang plagiat yang menjadi koleksi saya. Salah satunya yang paling lawas adalah buku karya Ismet Fanany berjudul Plagiat-Plagiat di MIT: Tragedi Akademis di Indonesia terbitan Haji Masagung, 1992. Fanany saat itu membeberkan hasil investigasinya tentang dugaan plagiat disertasi yang dilakukan Yahya A. Muhaimin. Kasus ini mencuat ketika disertasi itu diterbitkan menjadi buku berjudul Bisnis dan Politikoleh LP3ES, lalu mendapat kecaman dari sejumlah pengusaha-salah satunya Probosutedjo--karena data yang digunakan tidak valid. Alih-alih mengangkat polemik, Fanany melakukan investigasi terhadap dugaan plagiat dari disertasi itu.
Dalam bukunya, Fanany menguraikan sedikit tentang definisi plagiat dari berbagai sumber, termasuk ia mengutip penjelasan dalam buku gaya selingkung Modern Language Association (MLA) berjudul MLA Handbook for Writers of Research Papersyang ditulis oleh Joseph Gibaldi dan Walter A. Achtert.
Dalam buku itu dijelaskan bahwa seseorang dicap plagiat bukan saja karena ia menyalin begitu saja seluruh buku atau artikel orang lain, tapi juga kalau dia menyalin gagasan orang lain atau ungkapan yang dipakai orang lain. Alhasil, seorang penulis harus menghindarkan menggunakan
- kata-kata;
- pendapat;
- fakta;
- kutipan;
- ungkapan-ungkapan; dan
- gagasan