Kau tulis aku ini calon 'pemimpin' yang baik untukmu,
padahal aku hanya seorang 'pemimpi'.
Kau tulis cintaku yang 'terbesar',
padahal cintaku 'tersebar'.
Kau tulis aku menyenangkanmu karena sering memilin 'canda',
padahal aku hanya memilin 'candu'.
Kau kadang gambarkan aku orang yang 'keras',
padahal aku hanya seperti 'kera' yang gigih memanjat.
Kau lukiskan aku sebagai 'penyepi',
padahal aku seorang 'penepi' yang selalu merasa harus di pinggiran.
Kau tulis aku selalu di 'hatimu',
padahal aku jarang ada di 'harimu'.
Salah (ke)tikmu membuatku 'tersipu' dan 'tersapu' oleh waktu ....
Aku tak mampu menjadi yang engkau (ke)tik,
kecuali salah (ke)tikmu adalah doa.
Dan kau menjadi editor kehidupanku.
Kramat Raya, 7 April 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H