GW juga manusia. Sebagai manusia, ia pun memegang nilai-nilai tertentu dalam bekerja. Tawaran menggiurkan terkait finansial dapat juga menggoyahkan nilai-nilai luhur yang dipegang GW. Kadang terjadi juga dalam kasus biografi/autobiografi, GW harus berhadapan dengan klien yang ingin merekayasa bukunya agar kisahnya tampak "sempurna". Semua berpulang kembali pada nilai-nilai yang dipegang teguh GW apakah menerimanya dan memakluminya atau tegas menolaknya.
Pada masa kini, GW menjadi lakon penting mengingat aktivitas publikasi yang makin "menggila" sehingga memerlukan kecepatan, kualitas, dan akurasi. Alhasil, GW adalah penulis profesional yang mengharuskannya memiliki pengetahuan komprehensif, seperti penulisan (berbagai jenis dan berbagai bidang); penyuntingan (copy editing) dalam kategori ringan, sedang, dan berat; penerbitan destop (desktop publishing); produksi (desain dan cetak); riset dan wawancara; penggunaan media dan sumber-sumber informasi; serta pemasaran media. Alih-alih sebagai penulis, ia juga harus menjadi seorang konsultan, bahkan coach penulisan-penerbitan.Â
Ciri GW profesional dapat dilihat dari standardisasi tarif yang dimilikinya; standar layanan; standar ukuran waktu pengerjaan; standar alur kerja; dan juga kemampuan ia menjawab pertanyaan-pertanyaan konsultasi tentang penulisan-penerbitan. Karena itu, umumnya mereka yang melakoni diri sebagai GW pernah bekerja sebagai editor, redaktur, ataupun wartawan. Jam terbang memang sangat menentukan lenturnya kiprah mereka.
Tertarik menjadi GW atau bekerja sama dengan GW? Di Indonesia memang belum terkuak benar kiprah para GW profesional ini. Namun, mereka ada dan akan selalu ada--sebagai hantu yang baik sejenis Casper.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H