Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Insting Menulis dan Hypnotic Writing

14 Juli 2016   21:15 Diperbarui: 15 Juli 2016   19:49 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar atau tidak, insting menulis banyak orang kini dipengaruhi oleh media sosial, terutama peristiwa-peristiwa yang di-viral-kan sedemikian rupa. Orang juga makin mudah bereaksi terhadap sesuatu disebabkan oleh asupan informasi tak henti pada setiap detik dari gawainya. Televisi atau media massa cetak sudah menjadi sumber kedua untuk bereaksi terhadap informasi. Orang lalu menuliskan sesuatu karena sangat mudah; begitupun mereka berbuat keliru dari tulisan juga sangat mudah kini.

Pada para penulis terdahulu, insting itu juga ada, tetapi melalui pengorbanan sangat berat untuk memublikasikannya. Pengorbanan pertamanya adalah mengetik pada mesin tik dan harus menyediakan cairan koreksi (dulu populer bermerek tip-ex) setiap kali ada salah tik sehingga membuat mereka lebih berhati-hati atau melatihkan mengetik sepuluh jari demi menghindarkan banyak kesalahan. 

Perjuangan selanjutnya adalah mengirimkan ke redaksi media, lalu menanti dengan harap-harap cemas. Tidak jarang tulisan yang sudah susah-susah dibuat itu tidak pernah dimuat di media massa mana pun tanpa mereka tahu apa yang menjadi alasan penolakan. Akhirnya, hanya tersimpan sebagai arsip.

Insting menulis memang dipengaruhi oleh ide yang ditemukan sang penulis atau terlecut oleh ide lainnya. Pertemuan itu membuat ia akan menimbang jenis tulisan apa yang akan diwujudkannya dari ide tersebut. Jenisnya dalam bentuk ringkas dapat berupa cerpen (fiksi), artikel opini, esai, feature, berita, atau sekadar status. Jenis sangat bergantung pada tujuan si empunya ide dan keterampilannya. 

Di luar hal itu tentu yang menjadi pertimbangan adalah kecukupan bahan tulisan serta referensi-referensi yang sangat mendukung, termasuk data dan fakta. 

Di sini para penulis yang berinsting kuat sangat mudah menemukan contoh-contoh ataupun studi kasus dari memori benaknya atau mencarinya lewat mesin pencari sehingga sebuah tulisan akan cepat terwujud. Tidak semua orang piawai menggunakan mesin pencari, terutama seni menggunakan kata kunci untuk menelusuri beragam detail informasi.

Insting menulis juga didorong oleh misi pribadi, apakah itu hendak berbagi, hendak menonjolkan diri, ataupun sekadar hendak menimbulkan kontroversi (kegaduhan) di ranah publik. Karena itu, orang yang instingnya berbagi, kecenderungan tulisannya pun lebih banyak mengungkap hal-hal yang belum diketahui banyak orang atau hal-hal yang merupakan hasil pengamatan serta risetnya sendiri sehingga sedikit banyak bermanfaat. 

Orang yang memiliki insting menimbulkan kontroversi pasti akan terus terdorong mencari-cari hal-hal yang dapat dijadikannya umpan kegaduhan. Panggung media sosial membuatnya bakal makin menggila untuk menggoreng isu.  

Begitu pun orang yang punya kecenderungan pamer akan selalu menulis hal-hal yang memungkinkan banyak orang terkagum-kagum seolah-olah pada kedahsyatannya--meskipun tidak semua dapat dipengaruhi.

Alih-alih sebuah seni dan keterampilan, menulis pun kini menjadi kebutuhan. Bahkan, saya pernah mengungkapkan secara dramatis bahwa menulis adalah keterampilan penting pada zaman kini untuk bertahan hidup. 

Bertahan dari gempuran-gempuran informasi bak air bah yang sulit kadang difilter lagi maka seseorang harus menulis untuk menjaga "kewarasan"-nya dengan menata kalimat dan menggunakan sumber-sumber tepercaya. Semua orang kini dapat menulis, tetapi memang tidak semua orang benar-benar mampu menulis.

Joe Vitalae, yang dikenal sebagai Bapak Pemasaran Hipnosis, telah menulis buku bertajuk Hypnotic Writing. Ternyata tulisan menurutnya memang mengandung kekuatan menghipnosis. 

Vitalae mengungkapkan rumusan Janji-Bukti-Harga sebagai teknik menghasilkan tulisan yang menghipnosis dengan memberikan motivasi positif terlebih dulu. Umumnya hypnotic writing memang dipraktikkan dalam tulisan iklan (copy writing). Namun, dalam konteks kini demi mengusung informasi dan berebut perhatian, resep hypnotic writing juga dapat digunakan untuk tulisan apa pun di media sosial. 

Vitalae mendefinisikan hypnotic writing sebagai tulisan yang dengan sengaja menggunakan kata-kata untuk memandu orang ke keadaan mental yang terfokus di mana mereka cenderung membeli produk atau jasa Anda. 

Jadi, memang ini tulisan berbau iklan, tetapi saya memandangnya lebih luas bahwa sebuah ide yang hendak digelontorkan oleh seorang penulis juga sebuah produk yang harus diiklankan. Contohnya, ide-ide untuk menyanjung atau membenci seseorang adalah sebuah iklan dan itu menggunakan hypnotic writing jika memang ingin berhasil.

Hypnotic writing adalah tulisan yang sulit ditolak. Tulisan yang memaku mata Anda ke halaman buku. Tulisan yang begitu jelas dan singkat serta efektif sampai-sampai Anda tak bisa tidak membacanya .... Demikian tulis Vitalae pada bukunya. Media-media daring yang berebut perhatian kini atau lebih tepatnya berebut rating menggunakan kata Terkuak, Terbukti, Terbongkar, Tersingkap, dan yang sejenisnya. 

Kata-kata itu adalah kekuatan yang mendorong munculnya emosi, baik itu emosi positif maupun emosi negatif. Itu mengapa mungkin Anda senang dengan quote-quote para moitivator karena menggunakan kata-kata atau frasa yang menyenangkan atau sebaliknya, lama-lama Anda muak juga karena terlalu sering dijejali kata-kata yang tampak manis tidak sesuai dengan kenyataan.

Penulis adalah dalang terhadap kata, frasa, kalimat, hingga paragraf yang dibuatnya. Jika ia berhasil, ia dapat menaruh roh pada tulisan itu sehingga membuatnya dapat berjalan, berbicara, dan bernapas. 

Wah, ungkapan mistis apalagi ini? Bukan mistis karena Anda tahu sebuah tulisan dapat begitu digdaya mengubah hidup seseorang atau menggerakkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang untuk bertindak. Karena itu, insting penulis boleh jadi berbahaya dan beberapa karyanya akhirnya dilarang untuk dipublikasikan atau diedarkan. 

Dari sini Anda dan saya dapat belajar bahwa tulisan adalah sebuah alat atau wahana yang makin banyak penggunanya. Ibaratnya dulu penulis adalah sopir bus yang hanya dia dapat mengemudikan bus, kini semua penumpangnya juga dapat menggantikan si sopir bus. 

Bedanya sopir bus yang asli lebih tahu seluk beluk jalan dan mampu mengukur kecepatan serta jarak ketika berbelok tikungan tajam, sedangkan penumpang bus hanya dapat mengemudikan tanpa mengetahui lebih banyak lagi sehingga ada risiko kecelakaan fatal. Artinya, sang sopir bus adalah penulis yang memiliki insting lebih tajam soal menulis, termasuk mengenali tulisan. 

Apakah insting ini dapat diasah? Dapat yaitu dengan cara membaca tulisan-tulisan terbaik dari para penulis terbaik. Tiru tulisan itu dengan mengerahkan segenap pancaindra sampai Anda merasakan bagaimana si penulis memilih kata-kata, frasa, dan paragraf yang kuat. Bahkan, jika perlu Anda dapat menulis ulang. Meniru di sini bukan menjiplak, tetapi demi melatihkan kepekaan Anda terhadap sebuah tulisan yang hidup. 

Tidak ada saran lebih baik untuk menulis, kecuali Anda berlatih dan berlatih--lebih baik jika didampingi seorang ahli (literator = penulis profesional). Dengan demikian, insting menulis adalah sesuatu yang dapat dilatihkan sekaligus ditajamkan jika Anda ingin berselancar dengan tulisan ke mana pun, terutama tentu karena Anda akan membawa pesan-pesan positif yang membangkitkan semangat orang itu hidup lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun