Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Suatu Siang Bersama Founder Maicih

9 Juli 2016   21:14 Diperbarui: 9 Juli 2016   21:32 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bob dan Maicihnya beruntung menikmati "berkah" dari media sosial seperti Twitter pada saat mulai populer di Indonesia. Artinya, Bob dapat lebih awal membaca keampuhan media sosial itu untuk berjualan. Bob juga punya nilai-nilai tersendiri dalam menjalankan bisnis, termasuk tidak mau berkompromi soal kualitas rendah dan pengembangan yang berproses. Benturan nilai-nilai ini juga yang menyebabkan adanya episode "Maicih Jadi Dua". Tidak ada yang palsu, semuanya asli, hanya berbeda jalan produksi dan jalan bisnis.

Bob juga punya kecenderungan terhadap pengembangan budaya lokal, termasuk menghadirkan sosok fiktif Maicih sebagai sosok tradisional yang bersahaja, tetapi mengenalkan dirinya dengan cara modern. Ini bentuk kreativitas anak muda, termasuk soal kepedulian Bob yang meluncurkan program 1 Coin 1 Leaf sebagai program sosial dan pelestarian lingkungan sehingga membuat jenama Maicih makin lekat di hati.

Sekali lagi urusan saya urusan tulis-menulis. Jadi, pertemuan dengan Bob, sang Founder Maicih, langsung saja saya tuliskan di sini. Tidak ada yang sia-sia dalam silaturahmi itu. Namun, saya memang tidak bertemu tokoh fiktif Maicih untuk diwawancarai--perempuan tua berciput yang diasosiasikan sebagai nenek penuh keramahan terhadap cucu-cucunya. Mungkin suatu saat tokoh itu akan muncul dalam bentuk buku cerita bergambar untuk anak yang dapat saya kerja samakan dengan Bob sekaligus menghidupkannya dalam multimedia animasi. Lha, itulah pikiran penulis seperti saya. Istri Bob sempat menyentil rencana menulis buku. Bob mengiyakan meski tampaknya belum ada persiapan ke arah sana.

Pertemuan siang itu berakhir dengan saling berjabat tangan. Saya bergegas menaiki angkot menuju arah Gunung Batu, Cimahi. Kemacetan arus balik sudah terasa di daerah Pasteur, terutama di deretan toko-toko yang menjual oleh-oleh. Mobil-mobil silih berganti memarkirkan kendaraan untuk membawa buah tangan. Tampak oleh saya produk keripik pedas Maicih telah menjadi ikon oleh-oleh di setiap toko. Wajah Maicih yang teduh sejatinya menyimpan kepedasan beberapa level. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun