beradu dengan derai tawamu
terus saja engkau mengisi renyah
terus saja engkau mengunyah bungah
di kembang kempisnya paruku
dalam resapan serak suara seruanmu
mengiris habis lukai sisai kuyu
lalu kaupinta lagi
rapihkan ungu kembang sepatuÂ
di selipan lembutnya telingamu
kudengarlah  sebening itu  nyaring
gemerincing denting detak cinta di nadimu
di situ engkau sedang asik iseng berbincang sendiri
mengajak bicara darahku  yang ngalir di jantungmu
kini inginku kembali melihat kembang sepatu situ panjalu
yang dulu selalu hiasi kebun samping rumah panggungmuÂ
kini dirimu tlah menyendiri membisu
mengasingkan  sepi  di pinggul bukit
atap makammu terlihat  kelamÂ
mencegat mimpi mimpi indah di langit
dan cat  kusam dinding kayumu