Di saat gelap malam, bulan gemintang berpendar-pendar. Inginnya menampung rasa gusar, dari hubungan cinta yang sedang bergetar.Â
Prosesnya berliku-liku. Mungkin hanya aku dan kamu yang tahu. Jejak tertimbun di bawah pepohonan rimbun. Walau pun makin menggelegak, jejaknya dibuat sulit terlacak.
Cinta memang mengalahkan segalanya. Ibarat mata, mencintai itu melihat. Dari jauh maupun dekat, terasa makin mencengkeram erat. Hingga di saat sedang lengah, aibnya terbongkar dan berkobar-kobar.
Saat sedang batuk pun begitu. Hubungan percintaan memang sulit disembunyikan karena terus berlalu. Ada juga tanda lain, seperti : kesan, sopan santun, simpati, serta tindakan yang melampaui hubungan persahabatan.
Di saat gelap malam, bulan gemintang berpendar-pendar. Ia sedang mengolah  cinta dan rasa gusar.
Gusar itu bisa saja membengis. Ketersinggungan dan kemarahan pun menyatu penyebab sadis. Ia mengguyur dan menggebyur. "Duka yayah sinipi, jaja bang mawinga-winga". Api cemburu menjilat-jilat, penyebab buta tak kan mampu melihat.
Malam pun semakin kelam berdendam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H