Sayap kebenaran itu sering bersembunyi di ketiak sepi. Ingin menghilangkan jejak dengan membuat alibi. Tapi lupa, bahwa sedikit tanda yang terlupa dihapus, bisa jadi pintu masuk untuk diurus.
Puluhan lonceng lalu berbunyi. "Ada jejak di sini". Lingkaran sepi lalu menggeliat mencari, bersama angin yang mampu masuk ke rongga sekecil apa pun. Debar lalu berkobar, denyutnya hanyut bersama rasa was-was yang membuat badan semakin lemas.
Mungkin buah perbuatan telah matang. Disembunyikan, tapi aromanya terendus tembus. Ada angin, pasti ada pohonnya. Setiap kasus, pasti ada sebab musababnya.
Persoalan cinta, selalu dipagari oleh cindaku atau harimau jadi-jadian. Semua kasus, pastilah ada pembuka dan penutupnya. Lalu apa gunanya pepatah " tiba di dada dibusungkan, tiba di perut dikempiskan ? Pengadilan pun tak selalu berhasil memberikan keadilan.
Berbudi luhur itu milik semua profesi. Salah satu tandanya adalah tidak saling berbalas dendam. Tapi mungkinkah api dendam itu mudah diredam ?Â
Saat sedang duduk sendiri, terlintas ungkapan bahwa kepala panas yang disertai hati dingin, tak kan mampu menyelesaikan masalah apa pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI