Teringat kala senja tiba. Aroma harum rambutmu terbawa ke mana-mana. Di tempat entah, terucapkan kata "Selamat Berpisah", diikuti jutaan desah.
Tak ada guna berwacana. Jika gaya bicara selalu meninggi, hanya membuat sakit hati. Terima kasih, aroma wangi rambutmu telah kau tebarkan di akhir sendu.
Sang angin telah memisahkan kedekatan. Mulai jauh dan menjauh. Terkesan buru-buru, tak tertangguhkan.Â
Dan terbentanglah jalan yang semakin panjang, sepi tertidur, tapi khasanah cinta masih saja membayangi kenang.
Untunglah masih ada cadangan untuk lebih kuat bertahan. Di cuaca tak menentu, berharap tergelar lahan cinta berikutnya.
Menunggu cinta terbuka lagi : "Nihil enim facillus quam amor recrudescit". Ngenteni katresnan tinarbuka maneh iku angel. Namun, masih kutunggu aroma wangi rambutmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI