Nafsu itu meliar, bertemu biar, kan membelukar. Dari jauh terdengar, ringkik dan derap, makin menggegap. Motif dan mampu, terbawa hingga jauh, sulit ditempuh.
Buruk dan baik, tak lepas dari ringkik, yang menggelitik. Apa pun itu, halalkan cara, rasa tidak berdosa. Sambil menunggu, munculnya perilaku, para pelaku.
Gerombol kuda liar, di padang luas, melawan haus. Air melimpah, rumput hijau, sangatlah didambakan. Gairah rekah, menang atau kalah, dipertaruhkan.
Gagah berani, kukuh kuat perkasa, megah bergengsi. Siapa saja, termasuk kuda, tak mau ditaklukkan.
Pemilik gerombolan, inginkan padang, jadi asetnya. Langit bersaksi, dilihat dari atas, seperti perang.Â
Damai itu, sangatlah indah, bukan mainan lidah. Tapi nyatanya, "congkrah agawe bubrah", Â cari yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H