Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buruk Muka Kaca Dibelah

22 September 2021   02:02 Diperbarui: 22 September 2021   02:13 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan cermin sangatlah penting.  Wajah bisa dilihat sendiri. Jika terasa kurang ditambah-tambah. Jika terasa rusak, direparasi.

Gambaran, cerminan, dan pantulan wajah kita ada di mana-mana. Ini dalam arti sebenarnya, yaitu berupa kesan orang lain terhadap kita. Bahkan Ebiet G Ade pernah menghimbau  untuk selalu bercermin sebelum bicara.

Himbauan yang reflektif, yaitu memeriksa diri sendiri dalam kesadaran penuh.

Refleksi memungkinkan untuk memeriksa dengan seksama jati diri secara menyeluruh. Tampak depan, samping, dan dari belakang. Semua itu memang bersifat intervensi.

Mengaca atau bercermin merupakan kesempatan untuk berpaling ke arah yang benar. Mengubah kebiasaan menangani persoalan genting ke masalah. penting.

Pemilihan prioritas untuk memilih masalah genting atau penting termasuk kategori "perang kembang" di jagad pewayangan. Selalu dihadapi setiap hari, tanpa kecuali.

Secara tidak disadari, kita disibukkan menyelesaikan masalah mendesak, tetapi sesungguhnya tidaklah penting.

Misal, mengasah kompetensi diri termasuk kategori penting.tetapi tidak mendesak. Tapi karena itu, kita lupa mengurusi hal-hal yang lebih penting itu.

Karena lebih asyik menanggapi masalah yang tidak penting, maka kita sedang menuju ke kekosongan. Terjadi kemubaziran yang luar biasa, karena hilang waktu untuk mengurus peningkatan kompetensi diri sendiri.

Cermin pun lambat laun malah semakin buram. Itu karena jarang difungsikan sebagai sarana untuk refleksi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun