Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Di-bully Sesama Teman, Salahkan Orang Tua

1 Oktober 2022   11:16 Diperbarui: 1 Oktober 2022   11:23 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai saat ini, masih terus terus pembullyan di kalangan anak-anak. Tidak hanya yang sudha remaja, tapi anak sesuai TK juga kerap dibully teman-temannya. Dan yang paling sering terjadi adalah pembullyan verbal, mengolok-olok atau mengejek.

Yang bikin miris, olok-olokkan yang dilancarkan itu berasal dari teman usia sendiri. Biasanya mereka mengolok kelemahan, baik fisik maupun non fiksi. Yang memprihatinkan, olokan mereka sangat kasar. Tentu saja membuat anak dibully menjadi malu dan sedih.

Nah, setelah saya amati, ternyata anak dibully sesama teman itu, sebabnya dari orang tua sendiri. Kok bisa? 

Semua Berawal dari Orang Tua

Saat orang tua berbincang atau mengobrol dengan orang lain, itu terkadang tidak sadar telah membuka peluang anaknya sendiri untuk dibully. Misalnya, saya pernah mendengar seorang tetangga menceritakan anaknya  pada tetangga lain. Katanya, anaknya sudah kelas 5 SD, tetapi masih mengompol. Mereka asyik membahas, sambil cekakak-cekikik.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Esok hari, si anak pulang sambil menangis. Anaknya bercerita, kalau tadi di sekolah, dia diejek teman-teman, kalau masih mengompol. Si ibu marah. Wajar sih, siapa juga yang mau anaknya diejek sampai menangis.

Padahal awal anaknya dibully dari si ibu sendiri? Karena dengan bercerita dengan tetangga kemarin, maka terbukalah rahasia anak. karena dunia ini sangat sempit. Bisa saya si tetangga itu anaknya satu sekolah. Terus dia bercerita pada anaknya. Nah, anak inilah yang menyebarkan ke teman-teman lainnya.

Rahasia Anak Wajib Disimpan

Dari alur inilah, saya selalu berpesan kepada keluarga, agar jangan menceritakan rahasia anak kepada orang lain. Karena yang tahu rahasia anak, ya orang tua saja. Menurut saya, tidak ada gunanya bercerita kepada orang yang tidak berkompeten. Endingnya bisa ditebak. Solusi tak selesai, malah membuat anak malu.

Akhirnya akan jadi perbincangan hangar dengan membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya. Padahal setiap anak kan, berbeda. Dan yang paling paham dengan seorang anak, ya orang tuanya sendiri.

Pembelaan yang Salah

Satu hal yang menyebabkan anak-anak terus dibully, karena pembelaan yang salah dari orang tua mereka. Saya pernah tinggal di lingkungan yang menurut saya menerapkan pendidikan yang kurang pas pada anak.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Keponakan saya itu kebetulan badannya lebih besar dari teman-teman seusianya. Kalau dia dibandingkan dengan anak-anak di lingkungan itu, memang dia terlihat gemuk. tapi saat pindah ke kota lain, banyak anak yang seusia dia bertubuh sama. Maka tidak heran lah, keponakan saya sering dibully. 

Yang menjengkelkan selalu ada pembelaan dari orang tua anak-anak yang membully. Aah, namanya juga anak-anak. Aah, begitu saja marah. Dan alasan lainnya.

Padahal kan, anak-anak itu harus diajari juga mana pebuatan yang baik, mana yang tidak baik. Anaknya dibela begitu, ya nanti besok membully lagi, karena dibela orang tuanya. Akhirnya anak yang dibully terus menderita.

Biasakan Anak-Anak Bercerita

Saya yakin, di mana pun anak-anak berada, tinggal di  kota atau di desa, pasti rawan dengan pembullyan. Dan solusi yang diterpakan di keluarga saya adalah membiasakan anak-anak bercerita apa saja yang dia alami selama sehari. Misalnya, saat pulang sekolah, tanyakan apa saja yang dia alami.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dengan begitu, orang tua akan tahu apa yang terjadi pada anak. karena ada kejadian, anak yang selalu dibully temannya. sampai suatu ketika, dia membawa pisau ke sekolah sebagai bentuk perlawanannya. Tidak salah, karena ini efek dari kekesalan yang terpendam selama ini.

Saya pribadi berharap, tidak ada lagi pembullyan di kalangan anak-anak. Tentunya peran serta dengan orang tua. Anak-anak itu ibarat kanvas putih. Dia akan berwarna sesuai yang kita lukis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun