Once publikasi meluncur positif saya yakin akan banyak supporter kesebelsan lain yang menirukan. Berharap nilai positifnya menjadi trend baru yang keren.Â
Ingat kegiatan positif supporter Jepang di World Cup Rusia? Mereka membersihkan sampah di stadion walaupun kesebelasan jagoannya kalah. Kabarnya kegiatan ini mulai ditirukan oleh supporter brasil. Bahkan kamar ganti para pemain Jepang menjadi yang paling rapi dan bersih diantara peserta negara lain. Nah kan... para pemain malah yang terpengaruh supporternya. Bukannya itu cool?
Ada beberapa hal lain yang saya optimis bisa dilakukan secara bersama untuk memperbaiki situasi ini, tentunya para ahli persepakbolaan yang lebih tahu, ahli komunikasi masa atau para psikolog.
Saya bukanlah ahli persupporteran bola, tapi setidaknya masa remaja saya juga merasakan hal tersebut. Alih alih mau mencari jati diri, saya merasa bahwa berada ditengah hiruk pikuk eforia massa justru malah menghilangkan jati diri saya sendiri, saya merasa bahwa saya bukanlah saya lagi saat dirasuki histeria, menjadi sangat nekat dan berani, padahal aslinya berhadapan dengan  cicak saja saya gemetaran.
Pernah dengan satu tiket pertandingan dan uang yang hanya cukup untuk beli 6 batang rokok eceran, kami nekat pergi ke Jakarta untuk mendukung kesebelasan tercinta. Kami berhasil "membajak" kereta api ekonomi dan berbuat sesukanya disepanjang jalan.
Keonaran yang kami bikin di sepanjang jalan menjadikan "teror" tersendiri bagi mereka yang tinggal di sekitar rel.
Perjalanan ke Jakarta lebih mirip seperti penaklukan kota yang terlewati daripada perjalanan rekreasi.
Semakin keonaran diberitakan di koran maka semakin bengkaklah dada kami.
Tibalah kami di stasiun sebuah kota dimana Pemda setempat membagikan ratusan nasi pecel gratis.
Dan apa reaksinya kemudian ?....
Heh, menyejukkan...... sepanjang sisa perjalanan kami jadi tertib tanpa keonaran, saling mengingatkan antar teman mulai terjadi. Pendeknya mulai tenang dan pulih "kesadaran" setelah sekian lama in trance.
Superhero kok dikalahkan nasi pecel ?... he he he bukaaan. Tapi kami merasa diperhatikan, dihargai (ditakuti ?) dan itu ternyata sungguh efektive meredam keberingasan kami. Naluri terima kasih muncul lebih dominan ketimbang menekan nafsu setan.Â
Alhamdulillah sayapun bisa pulang dengan kondisi tetap ganteng tanpa tambah kurus sedikitpun, Ajaib memang.
--- Bambang PakDe ---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI