Mohon tunggu...
bambang priantono
bambang priantono Mohon Tunggu... -

Saya seorang multiplyer, dan saat ini mengajar bahasa Inggris disebuah lembaga pendidikan satu tahun yg berpusat di Malang, tapi saya ditempatkan di Semarang, Jawa Tengah. Akun multiply saya sederhana, sama dengan nama akun saya disini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FFK]: Rahasia Emak

18 Maret 2011   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Aku harus tanyakan pada Emak, apapun resikonya.” Tekad Ohtrie dimalam temaram didalam biliknya yang sempit namun nyaman.

Esoknya, ketika matahari sudah meninggi, semuanya telah menyelesaikan sarapan ala kadarnya. Meskipun Wewet masih lemah, namun dia sudah bisa makan sedikit demi sedikit. Dia masih harus makan makanan yang dihaluskan, dan berkat bantuan tetangga pula, dia dapat makanan yang layak demi kesembuhannya.

Di dapur, sambil membersihkan piring-piring kotor, hanya ada Ohtrie dan Mak Riri. Ohtrie sejurus kemudian bertanya kepada emak yang sangat dia sayangi itu. Kali ini dengan nada serius.

“Mak, aku mau bertanya…darimana emak dapat tambahan uang satu setengah juta itu? Tolong Mak, jangan buat Trie penasaran.” Mak Riri tiba-tiba terhenyak. Dia tidak menyangka bila anak kesayangannya itu akan mendesaknya seperti itu. Ada sesuatu yang disembunyikannya, terlihat dari pelupuk mata yang penuh kerahasiaan yang berusaha disembunyikannya. Diletakkannya piring yang sedang dicucinya, kemudian Mak Riri menatap Ohtrie dengan penuh arti. Mak Riri beringsut menuju kamarnya, sambil member isyarat kepada anak lelakinya itu. Dikeluarkannya peti kayu tua berdebu yang ada dibawah ranjang reyotnya. Ohtrie makin penasaran, ketika Mak Riri mengeluarkan peti kayu itu. Ketika dibuka, terbelalak Ohtrie…

Seperangkat pakaian tari Lengger yang belum Ohtrie lihat sebelumnya. Dia menatap emaknya, sementara Mak Riri tersenyum lirih.

"Ini rahasia Emak, Trie"

***
Sepuluh tahun berlalu...

Mereka, sedang asyik duduk berdua di sebuah kedai makan di pinggir jalan. Dua gelas kelapa muda terhidang di meja. Seorang gadis duduk terpekur mengutak-atik kameranya. Sementara yang lelaki, serius memperhatikan gerak-gerik gadis di depannya.
"Minumlah dulu, Dik. Itu kan bisa nanti diutak-atik di rumah."
"Bentar, Mas, dikit lagi nih. Tanggung..." Ia kembali mengutak-atik kamera, mengeluarkan lensa lainnya dari dalam tasnya. "Kan pesta perkawinannya besok, Mas. Paginya, aku juga harus datang ke nikahannya. Eh, Mas, belikan aku tripod donk..."
"Hah?! tripod? Kan kamu udah ada."
"Yeee... Aku mau yang bagus, Mas. kan harganya lebih mahal. Maknya aku minta sama kamu, Mas."
"Huuuu... kalau giliran minta-minta aja kamu cepet." Lelaki itu menoyor kepala gadis di depannya
"Lah, aku mau minta siapa lagi, kalau bukan sama Mas Ohtrie? Kan aku cuma punya kamu, Mas."

Mendadak, suasana senyap. Mereka hening sesaat. Dua adik beradik, hanyut dalam perasaan masing-masing. Yah, gadis itu, Wewet, memang tidak punya siapa-siapa lagi kecuali Kakanya, Ohtrie, setelah ibunya meninggal, delapan tahun lalu. Kini mereka sudah dewasa, bukan lagi Wewet, yang dulu ikut mburuh nyuci baju mengikuti ibunya. Ia kini menjadi gadis enerjik, yang bekerja sebagai seorang wartawan pada sebuah surat kabar nasional. Dan kakaknya, Ohtrie, telah menjadi web designer di sebuah perusahaan asing.

"Mas, kamu nangis?" Wewet melihat mata kakaknya berembun.
"Ah, aku terbawa perasaan, Dik," Ohtrie menyeka air matanya cepat-cepat. "Ayo, Dik, habiskan minumanmu."
"Mas, Emak tak sempat yah, menikmati ahsil jerih payah kita?"
"Sudahlah, menjadi anak yang baik, dengan mendoakannya, semoga Emak tenang di alam sana."
Tanpa dikomando, mereka buru-buru menghabiskan air kelapa muda yang terhidang di depannya.

"Mas, kamu masih inget temenku, Aniez?" Mereka jalan beriringan, keluar dari kedai menuju mobilnya.
"Aniez? Aniez yang mana?" Ohtrie mengernyitkan dahi, menghentikan langkahnya.
"Alaaahhh... Aniez, temen aku ngaji. Mosok Mas lupa."
'Owh... Emang kenapa?"
"Eh, kok jawabnya datar githu, Mas?"
"Abis aku harus jawab gimana?"
"Alaaahhh... kan dulu Mas naksir sama dia." Wewet cengar-cengir, memamerkan gigi indahnya.
"Eh, siapa bilang?"
"Aku"
"Idiih, kamu ini. Bikin gossip aja." Ohtrie mulai senewen
"Yeeee.... Tapi bener kan...??? Mas mau lihat ini gak?" Wewet kembali membuka kameranya dan menunjukan beberapa slide foto seorang gadis manis dengan rambut keriting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun