Bagian 1. Inspirasi Masa Lalu
Saya ingin bercerita tentang beberapa hal. Beberapa cerita yang mungkin bisa membangkitkan semangat kita membangun Kalimantan Timur. Karena hari ini waktunya Ulang Tahun Kalimantan Timur yang ke-55, maka saya kira kita semua punya alasan untuk bersemangat-ria membangkitkan kebanggaan kita membangun tanah yang kita pijak dan cintai ini dengan cerita-cerita motivasi.
Cerita yang pertama; kisah "The Three Musketeers". Kisah tentang tiga orang pasukan elit pengawal Raja Perancis yang banyak bertugas melindungi raja dan konstitusinya dari orang-orang yang berniat mencelakai. Kisah mereka bertiga (dan sahabatnya), sebenarnya hanyalah rekaan di sebuah novel karangan Alexandre Dumas yang pertama-kali di terbitkan tahun 1844. Dan sejak itu, cerita di novel itu menjadi basis dari banyak varian cerita novel dan film. Ia menjadi inspirasi. Remake film-nya sendiri dikeluarkan Oktober tahun lalu dengan memasukkan unsur teknologi dan khayalan luar biasa. Tapi inti ceritanya tetap satu; perjuangan para pahlawan Perancis dalam menjaga konstitusi dan rajanya.
Ada satu hal yang menjadi ingatan bawah sadar kita jika mengingat "The Three Musketeers". Yakni semboyan para musketeer. Di film terakhir sendiri, semboyan itu muncul di ujung penghabisan; "Satu untuk Semua. Semua untuk Satu". Semboyan yang kemudian juga diadopsi oleh salah satu stasiun TV swasta di Indonesia untuk menggambarkan satu hal; pelayanan. Semboyan ini demikian melegenda dan menjadi ingatan bawah sadar banyak orang, karena, selain singkat, juga mengandung nilai-nilai universal; persatuan, loyalitas, kesetaraan dan keadilan. Walaupun pada awalnya filosofi para pahlawan ini masih disangkutpautkan dengan pelayanan para musketeer kepada raja, tapi dikemudian hari, filosofi ini juga menggeser makna-nya menjadi; kesetiaan para pahlawan pada konstitusi dan rakyat.
Semboyan ini seolah-olah menjadi penyambung dan penerjemah semboyan yang lebih dulu muncul di Perancis lima puluh lima tahun sebelumnya. Adalah Marquis de La Fayette atau kita mengenalnya sebagai La Fayette dalam Buku Pelajaran Sejarah Sekolah Menengah Pertama yang menjadi pokok dari cerita. Ia-lah bangsawan Perancis yang menyusun Deklarasi HAM pada 1789 dengan kata-katanya yang terkenal; "manusia dilahirkan sama rata hak-haknya".
Lalu apa hubungannya dengan Kalimantan Timur?. Oh, tentu saja cerita diatas punya hubungan yang demikian lekat, karena ingatan kita tentang semboyan dan nilai universal itu beririsan dengan motto (terbaru) Kalimantan Timur yang dicetuskan oleh Gubernur yang baru tiga tahun menjabat. Gubernur Faroek mengkampanyekan motto "Membangun Kaltim Untuk Semua". Kita perhatikan dengan seksama; kata-kata "Semua" pada motto The Three Musketeers dan motto Kaltim seolah mengekspresikan orientasi paling utama dalam proses perjuangan; rakyat. Iya, rakyat lah yang menjadi orientasi dari perjuangan The Three Musketeers dan Awang Farouk, orang pertama yang mengguratkan kalimat; "Membangun Kaltim Untuk Semua" di ingatan kita.
Cerita yang kedua yang ingin saya ceritakan adalah; cerita tentang Nabi Ishaq. Ia adalah Nabi yang menghiasi cerita-cerita penuh hikmah di Al-Qur'an dan Injil, terutama di Perjanjian Lama. Dari Ishaq lahirlah Ya'qub yang mengharu-biru kisah bersama dua belas anaknya di Fadan A'ram (sekarang daerah di negara Iraq). Kelahiran Ishaq tidak pernah disangka-sangka karena Sarah, Istri Nabi Ibrahim telah begitu renta. Saat Malaikat utusan Tuhan menyampaikan berita tentang akan lahirnya Ishaq, Sarah sang Ibunda tertawa hampir tak percaya. Maka di kemudian hari, nama anaknya ia namakan "Ishaq", yang berarti "tertawa".
Ada yang menarik dari Nabi Ishaq ini. Ia terkenal dengan sifat ramah dan sabar-nya. Ia senang bergaul, dan karena itu, ia disenangi oleh banyak orang. Ia menjadi pendamai bagi sesama-nya di zamannya. Saat ia diangkat menjadi nabi, ia menjalani dengan amanah, jujur dan ikhlas. Dalam versi Al-Qur'an, kelak, keturunannya dari garis Ya'qub-lah yang kemudian menjadi cikal bakal Bani Israil. Nabi Ya'qub sendiri sering disebut juga dengan nama "Isra'il", karena kebiasaannya melakukan perjalanan pada malam hari dan berisitirahat pada siang hari. Semacam penggemar aktivitas (positif) malam hari. Istilah anak muda sekarang; "ngalong" atau "owl community".
Cerita yang ketiga adalah cerita tentang Sahabat Rasulullah Muhammad yang bernama Umar Ibn Khattab. "Laqab" atau julukan yang disematkan oleh Rasulullah untuk Umar adalah " al-Faruq", karena sifat-sifatnya. Ia masuk islam dan termasuk orang yang pertama-tama menyambut da'wah Nabi. Dalam beberapa riwayat, ia masuk urutan orang ke empat puluh yang menjadi pengikut Rasulullah. Sebagai bentuk pengharapan Nabi pada hadirnya para pembela kebenaran, nama Umar senantiasa disebut Nabi dalam do'a-do'anya. Dulunya, Umar termasuk orang yang sangat keras permusuhannya dengan kaum muslimin. Tapi setelah memeluk islam ia menjadi pembela yang utama.
Selain pemberani, ia juga seorang yang cerdas. Tertulis dalam tinta salafushalih sebagai seorang cendekia yang menguasai 9 dari 10 ilmu pengetahuan. Saat memimpin, ia terkenal adil dan sangat bijaksana. Selalu memperhatikan urusan rakyat adalah ciri khas kesehariannya. Bahkan untuk berpakaian-pun ia selalu menjaga perasaan rakyat. Ia menghormati keberagaman dan melarang merobohkan gereja bagi daerah taklukan. Pada masanya, da'wah islam menyebar. Bahkan sejarah mencatat, untuk pertama kali islam merambah hingga Byzantium, Suriah dan Palestina.
Ia tipikal visioner yang banyak membuat terobosan yang mensejahterakan rakyat. Ia mulai membuat tata aturan baru dalam kehidupan pemerintahan dan rakyat. Dimasanya, mulai dikenal yang namanya kas negara. Ia juga menciptakan lembaga peradilan yang bekerja secara adil, membuat lembaga perkantoran, pengobatan atau rumah sakit. Ia bahkan memikirkan untuk membuat hotel.
Ia memikirkan jalur ekspansi ekonomi dengan membuat kapal laut dan pelabuhan untuk perdagangan dan mencetak uang sebagai nilai tukar barang. Sebagai bentuk perbaikan moral rakyat, ia menghukum siapa yang mengkonsumsi minuman keras. Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik, ia senantiasa melakukan audit bagi pejabat dan pegawai-nya. Salah satu dari sekian banyak kata-katanya yang mengagumkan adalah; "seandainya ada anak kambing yang mati di tepi sungai Eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah".
Begitulah tiga cerita itu. Dan semuanya lekat dengan Kalimantan Timur. Kenapa semuanya lekat?. Karena cerita pertama berhubungan dengan motto Kaltim. Sedangkan cerita kedua dan ketiga adalah asal muasal nama dari Gubernur kita; Faroek Ishak. Rupa-rupanya, nama Gubernur mengambil inspirasi dari sang shalih dari Kana'an dan sahabat Nabi yang mulia. Tapi, adakah yang bisa diambil dari motto, nama nabi dan dan nama sahabat Rasulullah yang melekat pada Kaltim dan pemimpinnya?. Menurut saya ada. Tiga cerita diatas bisa menjadi pengingat, reminder, cermin, tempat berkaca dan bahan merenung kita semua. Terutama bahan kontemplasi bagi pribadi orang nomer satu di Kalimantan Timur ini.
Sekarang lihatlah Kalimantan Timur yang kita sayangi ini. Lalu kita bersama coba hubungkan dengan nilai-nilai besar tiga kisah di atas. Adakah hal yang mengusik pikiran kita semua?. Ternyata banyak sekali yang mengusik kita. kata "semua" telah tak lagi beriring dan menjadi muara dari "membangun". Gubernur yang bernama gagah dan membawa beban nilai-nilai mulia warisan keturunan Ibrahim dan sahabat Rasulullah, tak juga mampu mewujudkan impian-impian besarnya. Tak juga mampu menunjukkan elan nya sebagai seorang negarawan yang di dirinya bersemai sifat mulia orang-orang besar yang menjadi inspirasi namanya.
9 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H