Ia memikirkan jalur ekspansi ekonomi dengan membuat kapal laut dan pelabuhan untuk perdagangan dan mencetak uang sebagai nilai tukar barang. Sebagai bentuk perbaikan moral rakyat, ia menghukum siapa yang mengkonsumsi minuman keras. Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik, ia senantiasa melakukan audit bagi pejabat dan pegawai-nya. Salah satu dari sekian banyak kata-katanya yang mengagumkan adalah; "seandainya ada anak kambing yang mati di tepi sungai Eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah".
Begitulah tiga cerita itu. Dan semuanya lekat dengan Kalimantan Timur. Kenapa semuanya lekat?. Karena cerita pertama berhubungan dengan motto Kaltim. Sedangkan cerita kedua dan ketiga adalah asal muasal nama dari Gubernur kita; Faroek Ishak. Rupa-rupanya, nama Gubernur mengambil inspirasi dari sang shalih dari Kana'an dan sahabat Nabi yang mulia. Tapi, adakah yang bisa diambil dari motto, nama nabi dan dan nama sahabat Rasulullah yang melekat pada Kaltim dan pemimpinnya?. Menurut saya ada. Tiga cerita diatas bisa menjadi pengingat, reminder, cermin, tempat berkaca dan bahan merenung kita semua. Terutama bahan kontemplasi bagi pribadi orang nomer satu di Kalimantan Timur ini.
Sekarang lihatlah Kalimantan Timur yang kita sayangi ini. Lalu kita bersama coba hubungkan dengan nilai-nilai besar tiga kisah di atas. Adakah hal yang mengusik pikiran kita semua?. Ternyata banyak sekali yang mengusik kita. kata "semua" telah tak lagi beriring dan menjadi muara dari "membangun". Gubernur yang bernama gagah dan membawa beban nilai-nilai mulia warisan keturunan Ibrahim dan sahabat Rasulullah, tak juga mampu mewujudkan impian-impian besarnya. Tak juga mampu menunjukkan elan nya sebagai seorang negarawan yang di dirinya bersemai sifat mulia orang-orang besar yang menjadi inspirasi namanya.
9 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H