Kebahagiaan menebarkan kebahagiaan. Senyuman menerbitkan senyuman yang lain. Itu yang terjadi pada Maria Dahayu, pagi ini. Setiap menatap putrinya yang masih pulas tidur di kamarnya, perempuan muda jelita itu selalu melepaskan senyum bahagianya. Kenapa? Karena semalaman, di sepanjang tidurnya, di wajah putrinya itu tersungging senyuman. Senyum dalam tidur. Atau tidur dalam senyuman. Artinya, Aryati Permatasari (nama putrinya), sedang dalam buaian kebahagiaan.
"Yati masih pules Bun!" Maria menjelaskan kepada bundanya, di meja makan.
"Ya biar saja Nduk. Kemarin, dia kan memang kurang tidur karena ketakutannya sendiri? Sekarang biarkan saja dia tidur sepuasnya. Jangan bangunin dia!"
"Kalau Yati sudah bisa tidur pules, itu artinya dia sudah merdeka..." ujar Budiman.
"Yang Panjenengan maksud merdeka itu apa?"
"Ya merdeka dari rasa takut, dong! Paling tidak, dia sudah mampu meredam ketakutannya sendiri."
"Bukan hanya itu, Romo!" imbuh Maria, "Aryati kini sudah menemukan keceriaannya kembali. Aku hafal betul akan adatnya. Sejak kecil, cucu Romo itu kalau tidur emang selalu tersenyum. Tapi setahun ini, senyumannya itu hilang. Yaitu sejak meninggalnya Papinya. Namun Puji Tuhan, semalaman malah sampai kini, ia senyum terus dalam tidurnya....."
"Wah yo bagus banget tuh! Tapi karena aku sudah laper, yuk kita sarapan dulu!"
Aneh bin ajaib! Semua menu masakan yang terhidang di atas meja makan, pagi ini semuanya ludes tak bersisa. Cara makan mereka bertiga sungguh di luar biasanya. Semuanya amat bersemangat menikmati masakan Maria. Sangat mungkin, itu disebabkan karena suasana hati mereka tengah dipeluk oleh kebahagiaan dan rasa syukur. Kebahagiaan Yati telah membahagiakan hati mereka juga.
"Tapi sekarang, kamu harus masakkan cucumu, Bu! Sebentar lagi pasti ia akan bangun."
"Jangan kuatir! Akan kumasakkan sendiri menu yang paling ia sukai." Jawab istrinya mantap, sambil langsung beranjak ke dapur.