Bahkan di zaman modern ini, jemaat Kristen di China masih terbelah menjadi dua. Ada jemaat-jemaat yang bebas beribadah di gedung gereja mereka sendiri. Mereka disebut sebagai gereja resmi. Karena keberadaannya sudah mendapat ijin resmi dari Rezim Komunis.
Tetapi selain mereka, ada lebih banyak lagi, komunitas Kristen yang tergabung dalam gereja-gereja ilegal. Atau yang biasa disebut sebagai 'gereja-gereja bawah tanah'. Kelompok-kelompok inilah yang beribadahnya di mana saja. Alias bukan di dalam gedung gereja.
Namun menariknya, anggota jemaat mereka justru lebih militan, tangguh dan lebih misioner ketimbang anggota dari gereja-gereja resmi.
Pengalaman saya sendiri. Selama empat tahun, jemaat yang saya rintis beribadah di sebuah rumah kontrakan. Setelah punya gedung gereja sendiri, barulah berbakti di dalamnya.Â
Bukankah Yesus Kristus pernah berkata kepada seorang perempuan Samaria: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem."
Artinya, esensi peribadatan itu tidak ditentukan oleh tempatnya atau bangunannya.
"Apa nanti tidak kuatir, kalau dicap orang sebagai pengecut atau penakut?"
"Ngapain harus takut? Yang jelas, ini bukan soal kepengecutan atau keberanian! Bukan soal kurang beriman atau sangat beriman!"
"Lalu kira-kira  soal apa, Bapak?"
"Soal bagaimana menghindari bahaya yang sedang mengancam kita semua. Ingat ya, orang yang sungguh beriman, itu pasti juga bijaksana. Dan orang bijak, adalah orang yang (demi kepentingan yang lebih besar) mau menghindari bahaya yang mengancamnya..."
"Apakah itu sikap yang alkitabiah, Bapak?"