Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Duh, Mbak Ana!

2 Maret 2020   10:52 Diperbarui: 2 Maret 2020   10:52 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa dia? Dia adalah Bu Ana, yang sekarang kupanggil Mbak Ana. Wanita cantik, anggun dan intelek itu, tak lain adalah mantan guru Inggrisku di SMA. Dia adalah guru tercantik di sekolah kami. Aku tidak saja kesengsem akan kecantikannya. Tapi selalu terpukau pada setiap gerak gerinya.

"Kalau saja dia belum kawin, gua siap kok jadi pacarnya....." celetuk Tono, ketua kelasku.

"Jangankan eloe, aku pun juga mau! Andai sudah menjanda pun, aku tetep mau sama dia!" balasku tak mau kalah. Meski waktu itu, pernyataanku itu lebih ke guyonan saja.

Sejak lulus SMA, sesungguhnya aku sudah tak pernah bertemu lagi dengannya. Sehingga  sudah lama sekali aku tak tahu menahu apa pun tentangnya. Tapi tiga bulan yang lalu, secara tidak terduga, aku bertemu lagi dengannya di sebuah toko buku. Tentu saja, aku amat bersemangat dan berbahagia pada saat itu.

Yang aku salut, mantan guru cantikku itu, ternyata masih saja tampak cantik seperti yang dahulu. Hampir tak ada perubahan apapun pada penampilannya. Malah kian anggun, kian matang dan makin berwibawa. Ana memang seorang wanita yang mempesona.

Terus terang saja, kini hidupku lebih bergairah dan berwarna. Kenapa? Karena dalam tiga bulan ini, hampir setiap pekan aku mengunjunginya. Itu bisa terjadi, karena sekarang dia sudah menjadi wanita bebas, alias sudah menjanda. Setahun yang lalu suaminya telah meninggal dunia akibat penyakit yang diidapnya.

Mengingat umurku dan umurnya, aku pun gerak cepat. Kemarin, aku telah mengungkapkan niatku untuk memperistrinya.

"Aldo, pada dasarnya aku siap hidup bersamamu. Karena sejak dulu, kamu memang murid kesayanganku...." Jawabnya. Mendengar itu, kepala dan dadaku mendadak seperti membesar dan hampir meledak karena bahagia banget.

"Tapi ada satu syarat yang harus kamu penuhi. Yaitu ijin dan restu dari semua kakakmu..."

***

Puji Tuhan! Tiga orang kakakku sudah memberikan ijin dan sangat merestuiku. Bahkan akan mendukungku penuh. Tinggal Bang Akbar saja yang harus kumintai persetujuannya. Tapi karena rumahnya jauh di Jakarta, aku bermaksud membicarakannya lewat telepon saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun