Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Babysitter-ku, Pesaingku?

13 Januari 2020   12:49 Diperbarui: 13 Januari 2020   12:59 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup harus jadi berkat. Hidup harus berguna bagi sesama. Itulah semboyan hidup Manda. Sehingga meski masih harus berjuang keras untuk membangun masa depannya sendiri, ia tidak egois. Manda atau lengkapnya -- Amanda Pratiwi, sejak sepuluh tahun ini, tak pernah surut membela hak kaum, yang menurutnya telah lama terzalimi. Itu pula yang membuat Harimukti tertarik, kagum, mencintai sampai menikahinya.

Tapi siapa kaum yang dianggapnya terzalimi itu? Tak lain mereka adalah para pembantu rumah tangga. Merekalah yang sejak zaman dulu selalu dikebiri hak-haknya. Diperlakukan sangat diskriminatif. Kerap dieksploitasi secara semena-mena oleh tuan dan nyonyanya. Bahkan sering juga menjadi obyek pelampiasan syahwat majikannya.

Zaman perbudakan sudah lama lewat. Sebutan "babu" yang populer di zaman kolonial, kini sudah tak dipakai lagi. Tapi nasibnya tetap saja tak ada perubahan.

Manda yang adalah pengurus dari sebuah organisasi nirlaba, yang memperjuangkan nasib para PRT, kian prihatin dan geram. Kenapa? Karena menganggap negara telah abai terhadap kesejahteraan perempuan PRT yang jumlahnya mencapai 4 juta lebih itu.

Anggota DPR, khususnya yang perempuan, dan pejabat pemerintah dinilai sama sekali tak sensitif terhadap keadilan bagi perempuan PRT. Sudah 14 tahun dan 3 periode pemerintahan, RUU Perlindungan PRT yang diusulkan telah mandeg total. Padahal jika RUU tersebut dirampungkan menjadi UU, pasti akan mengentas nasib jutaan orang ke tingkat yang lebih manusiawi.

"Percayalah! Suatu saat, perjuanganmu dan perjuangan teman-temanmu, pasti akan berhasil!" Hary selalu membesarkan hati istri tercintanya. "Jadi majulah terus, sayang! Dan jangan bikin kendor!"

***

Pagi ini, kegelisahan menyergap sekujur batin Manda. Sudah sejam lebih, ia menunggu seseorang. Tapi yang ditunggunya tak kunjung tiba. Sambil menggendong Jiro, pagi ini, ia mondar-mandir di teras rumahnya. Tak henti-hentinya, sebentar-sebentar, ia memandang ke arah pintu pagar depan. Bahkan kegelisahannya sudah meningkat menjadi kebosanan dan kejengkelan.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Nyonya! Sumi telah telat lama..." pinta babysitter itu, begitu ia tiba. Ia mengatakan kalimat itu sambil membungkukkan tubuhnya. Juga  menundukkan kepalanya. Dengan wajah menyiratkan penyesalan.

"Saya tak sempat memberitahu, sebab saya benar-benar lupa, Nyonya!" tambahnya.

Meski jengkel, sesungguhnya Manda tak hendak mempermasalahkanya. Karena selama satu semester lebih, Sumiati bekerja padanya, baru sekali inilah ia terlambat. Selain kinerjanya cukup memuaskan, babysitter yang satu ini adalah sosok gadis yang jujur. Pun sopan dan penurut.

Tetapi karena alasannya "benar-benar lupa", sehingga terlambat kerja, itu sama sekali aneh. Ini mesti diusut, pikir ibu muda beranak satu itu. 

"Sumi, kok bisanya kamu sampai lupa berangkat kerja. Yang kamu kerjakan tadi itu, apa?"

"Tadi itu, saat saya mau berangkat, tiba-tiba saya diajak sarapan di sebuah depot rawon..."

"Orang mau kerja, kok diajak-ajak. Kenapa nggak kamu tolak saja?" kejar Manda.

"Saya tidak bisa menolaknya, Nyonya......"

"Kenapa nggak bisa? Siapa sih yang mengajakmu sarapan di luar?"

"Mas Romy...."

"Romy....., Romy siapa?"

"Romy adiknya Nyonya.....!"

Bagai disambar petir Manda mendengar jawaban itu. Ia kaget bukan alang kepalang. Apa urusannya, sampai Romy mengajak babysitter-nya sarapan berduaan? Kenapa tidak mengajak istrinya sendiri? Apa Romy sudah mulai gila? Ini tak bisa dibiarkan! Begitulah pikiran yang mengaduk-aduk kepala Manda.

"Apa Romy sudah sering ke rumah kostmu?"

"Baru tiga kali, Nyonya."

"Sudah berapa kali kamu diajak keluar?"

"Ya, tiga kali itu juga, Nyonya. Yang dua kali malam hari, minggu yang lalu. Yang sekali, ya baru saja tadi...."

"Dua kali yang malam hari itu, kamu diajak kemana saja?" selidik Manda antusias.

"Pertama, hanya diajak makan malam dan putar-putar kota. Yang kedua, Mas Romy mengajak makan malam lalu nonton bioskop....."

"Selama berduaan dengannya, apa saja yang dikatakan padamu?" Manda kian penasaran.

"Beliau mengatakan bahwa saya cantik. Beliau juga ingin menolong saya..."

"Menolong dalam hal apa?"

"Saya sendiri tidak tahu. Mas Romy belum menjelaskannya."

"Terus apa saja yang telah diperbuatnya padamu?"

"Beberapa kali Beliau memeluk dan menciumi saya, Nyonya...."

"Haah sampai segitunya?" tukas Manda sambil matanya terbelalak. "Di mana ia melakukannya?"

"Di atas..eh..di dalam mobil..." jawab Sumi polos.

"Bagaimana perasaanmu? Senengkah kamu?"

"Yah....ada senengnya sedikit. Tapi lebih banyak takutnya, Nyonya..."

"Kamu tahu enggak, kalau Romy sudah punya bini?"

"Sudah tahu, Nyonya."

"Ngapain kamu mau diajak?"

"Saya tak bisa menolaknya, Nyonya. Posisi saya sangat lemah, Nyonya..."

"Cukup...!"

Manda berpikir, itu bukan salah Sumi. Itu sepenuhnya kegenitan Romy. Karenanya, sesegera mungkin, ia akan bicara empat mata dengan adik laki-lakinya itu. Romy harus diinterogasi. Harus dimarahi juga. Bahkan diberi ultimatum yang keras. Dugaannya, Romy tidak sungguh-sungguh suka pada Sumi. Tak mungkinlah Romy akan menduakan istrinya yang sedang hamil itu. Mustahillah ia akan berpoligami.

Namun kalau keterusan, bisa saja Sumi akan dijadikan wanita simpanannya. Hanya sebagai pemuas libido dan kebrutalannya saja. Kalau itu yang akan dijalankan Romy, ia yang menjadi orang pertama yang akan menggugatnya.

"Selama ini, aku menjadi pembela harga diri para PRT. Aku sangat jijik dan marah terhadap praktik pelecehan seksual para majikan atas pembantunya. Dan kalau sekarang adikku sendiri, yang akan melakukannya. Aku akan sangat lebih marah lagi! Ini harus dihentikan!" tekad Manda membara dalam dadanya.

***

Selepas jam kantor, sore ini Manda tak langsung pulang. Melainkan menuju ke sebuah kafe, di mana Yuyun telah menunggunya. Oleh sahabatnya itu, Manda diajak ngopi bareng. Tapi yang terpenting ada hal yang sangat krusial yang ingin dibicarakan berdua saja dengannya.

"Apa yang akan loe omongin pada gue?"

"Mulai sekarang, loe kudu serius awasi suami loe!"

"Emang Bang Hary ngapain?"

"Menurut sumber yang kredibel, suami loe itu kini lagi deket dengan seorang cewek cantik.."

"Akh, jangan ngaco loe! Bang Hary itu sayang banget pada gue. Jadi ya tak mungkinlah!"

Memang Yuyun tak pernah melihatnya sendiri. Dia mendapat sinyalemen itu dari teman sekaligus tetangganya yang bisa dipercaya. Temannya itu melihat sendiri moment Hary bersama seorang gadis yang cukup cantik. Karena menggendong seorang anak kecil,  disinyalir itu adalah buah dari cinta ilegalnya. Dua kali dilihatnya di sebuah taman. Dan yang sekali dipergokinya di sebuah resto.

Informasi Yuyun itu tidak sulit Manda pahami. Karena Hary pulang kantornya memang lebih awal ketimbang dirinya. Jadi ada waktu bagi Hary bermain dengan Jiro di sore hari. Mainnya pun di taman yang letaknya cuma 100 meter dari rumahnya. Kalau Sumi menemani ya wajarlah. Karena memang ia penjaga atau pengasuhnya.

***

Sesampai di rumah, sebenarnya Manda ingin langsung menanyai suaminya. Tapi karena Hary masih bertugas di ibukota, niat itu dipendingnya. Sebagai gantinya, ia segera panggil Sumi menghadapnya.

"Sumi, apa pernah Papanya Jiro mengajakmu makan di sebuah resto?"

"Pernah Nyonya. Kalau tidak salah, itu dua bulan yang lalu...."

"Haah pernah? Dua bulan yang lalu?"

Keruan saja kemarahan Manda mendadak mencapai puncaknya. Saat itu juga, Sumi disuruhnya mengemasi barang-barangnya. Malam itu juga Sumi dipecat. Diberinya juga pesangon yang cukup. Yang jumlahnya melebihi ketentuan ketenagakerjaan.

" Lho, saya kok tiba-tiba dipecat, Nyonya. Salah saya itu apa?"

"Karena kamu telah menjadi pelakor! Bukankah kamu telah akui telah berduaan dengan suamiku di resto?"

"Tidak berduaan, Nyonya! Sumpah Nyonya! Waktu itu kan berempat dengan Dik Jiro dan Nyonya ikut juga..." jelas Sumi seraya bersimpuh di kaki Manda.

"Tapi kata temanku, hanya melihat kamu dan Bang Hary saja!"

"Waktu itu, kan Nyonya bersama Dik Jiro meninggalkan kami, untuk membeli susu di toko sebelah resto itu..."

Manda tiba-tiba mematung sejenak. Mengernyitkan keningnya. Kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Seperti ingat akan sesuatu. Lalu segera saja ia mengangkat kedua tangan Sumi agar berdiri kembali. Ia merangkul babysitter-nya itu, dan berbisik: "Maafkan aku Sumi! Aku yang lupa! Dan kita tetap bekerjasama.....!"

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 13 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun