"Bung kan pernah cerita, kalau suatu saat pengin mengadu nasib di kota ini? Itu yang pertama," jelas Mira. "Yang kedua, aku memang butuh teman yang bila kuperlukan, siap mengantar dan menemaniku. Kurasa, Bung lah yang paling pas. Sebab selain cerdas, Bung punya visi yang keren dan penuh semangat. Teman ngobrol yang asyik dan ganteng lagi....."
***
Kalau ada orang yang merasa sedang dinaungi dewi fortuna, salah satunya adalah Andre. Kenapa? Karena tanpa perjuangan berat, Mira yang cantik, serdas dan berduit itu, tiba-tiba menawarkan sebuah kolaborasi yang sangat menarik. Bukan lagi kolaborasi kerja, tapi kolaborasi cinta. Setelah berdekatan selama 5 bulan, gadis itu benar-benar telah jatuh hati padanya. Dan sang penulis mujur itu pun, tidak bisa tidak, kecuali menerimanya.
***
"Andre, kalau kamu masih mau mengakuiku sebagai pamanmu, putuskan hubunganmu dengan Mira!" ancam Hargo. "Aku tidak rela punya keponakan yang berpacaran dengan seorang pelacur....!" Andre tentu saja tidak terima.
"Mira itu memang seorang karyawati BUMN. Tapi sekaligus menjadi simpanannya bos-nya! Apa itu bukan pelacur namanya....?" Tambah pamannya, geram.
"Saya mau ambil sikap, Paman. Tapi setelah terima klarifikasi darinya."
***
Setelah ditanya langsung oleh Andre, Mira pun mengakuinya. Tapi hubungan gelap dengan bos-nya itu sudah diputuskannya tiga bulan yang lalu. Gadis itu mengaku sudah bertobat dari segala kesesatannya.
"Sebenernya aku memang ingin ngomong soal ini.Tapi waktunya nanti. Yaitu, pas saat kita mau bicara tentang rencana pernikahan. Kalau Bung bisa terima aku apa adanya, ya menikah. Tapi kalau tidak, ya kita berteman saja." Penulis muda itu tak langsung mereaksinya. Cuma kepalanya saja yang diangguk-anggukkan.
"Justru karena aku sudah bertobat, maka aku mau menawarkan diri untuk menjadi kekasih Bung. Sekarang terserah penuh pada Bung Andre. Tapi aku, sejujurnya sangat mencintai Bung. Bahkan sangat berharap bisa jadi istri Panjenengan!" saat ucapkan kalimat yang terakhir, Mira lakukan sambil berlinangan air mata.