Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bidadari Pemandu Asmaraku

30 September 2019   14:11 Diperbarui: 30 September 2019   14:30 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angelica Amoria Putri adalah harta terbesarku. Bidadari cilikku itu jauh lebih bernilai ketimbang semua harta yang kupunya. Ia sangat meneduhkan dan membahagiakanku. Kehadirannya benar-benar telah menegakkan kembali harkat kewanitaanku. Hidupku kini menjadi lebih berwarna dan bermakna. Lebih-lebih ketika ia tidak lagi memanggilku, tante. Melainkan sudah mulai menyebutku, bunda.

"Horreeee, aku sudah punya mama lagi!" soraknya sambil melonjak kegirangan. Setiap Angel menyerukan hal itu, setiap itu pula hatiku bergetar. Bahkan kerap pula sampai teteskan air mata haru campur bahagia.

Ia memang bukan anak kandungku. Karena aku masih 23 tahun dan belum menikah. Tapi kemunculannya dalam hidupku yang tak terduga dan tiba-tiba itu; telah kuanggap sebagai sebuah anugerah sekaligus amanah besar dari Tuhan. Sebab itu, aku harus merawatnya sepenuh cinta. Membesarkannya sekuat jiwa raga. Dan mendidiknya sepenuh kasih dan keteladanan.

Ada beberapa kesamaan antara aku dengan dirinya. Aku menjadi yatim piatu sejak berumur 12 tahun. Sedang ia, dari bayi sudah ditinggal ibunya pergi entah ke mana. Sebulan yang lalu aku ditinggal mati oleh tanteku. Dan sebulan yang lalu pula, ayah Angel wafat secara amat tragis. Maka begitu kami dipertemukan Tuhan, seperti ada sebuah magnet besar yang sangat kuat yang langsung mengikat hati kami berdua. Jadilah kami saling membutuhkan. Saling melengkapi dan saling membahagiakan.

Tempo hari, selepas kelar semua acara pemakamannya Donny, sesungguhnya Angel akan dibawa untuk diasuh oleh pamannya. Tapi adik bungsunya Donny itu, tak berhasil membujuknya. Karena ternyata si bidadari mungil itu, bersikeras lebih memilih ikut tinggal bersamaku saja.

Lantas kami pun berdiskusi dari hati ke hati. Aku pun menggaransi akan menyayangi dan membesarkannya seperti anak kandungku sendiri; Karena aku pun harus bekerja, kuberjanji akan mencarikan seorang inang pengasuh anak secepat mungkin. Dan Tonny pamannya, dialah yang akan  menanggung membayar seluruh premi tahunan bagi asuransi pendidikannya Angel.

***

"Bunda, ngapain si Om tadi, kok sering main ke sini?" Angel menanyaiku setelah Bobby pamit meninggalkan rumahku.

"Beliau itu kan teman Bunda, sayang....!"

"Tujuannya apa, kok sering ke sini?"

"Namanya teman, ya pengin ngobrol-ngobrolah...nonton teve bersamalah...."

"Om Bobby itu orang baik atau jahat?" terus terang aku sama sekali tak menduga kalau dia sampai bertanya seperti itu.

"Mengapa kok Angel bertanya begitu?"

"Kalau jahat, kan nanti bisa menyakiti hati Bunda lagi...?"

"Selama ini beliau kelihatannya orang baik kok...." Jawabku sambil meraih dan memeluknya.

"Yang nyakiti hati Bunda dulu, awalnya juga orang baik-baik, kan....?" Kembali aku  terperangah oleh pertanyaannya barusan. Keruan saja aku jadi berusaha keras mengingatnya kembali.

Ya, ya, ya! Beberapa waktu yang lalu, aku memang pernah bercerita padanya. Tentang seorang pria yang awalnya sangat baik, tapi yang kemudian menjahatiku. Namun aku sama sekali tidak menjelaskan secara detil identitas pria itu padanya. Karena si pria itu tak lain adalah papanya Angel sendiri. Alias mantan tunanganku sendiri, Donny.

"Semoga Om Bobby ini orang yang bener-bener baik." Harapku coba menenteramkannya.

"Kalau pun baik, aku masih kuatir juga, Bunda!"

"Lho, apanya yang dikuatirkan, sayang?"

"Baik sama Bunda, kan belum tentu baik sama Angel juga...?"

"Masak bisa begitu....?"

"Ya, bisa saja dong! Setelah punya ayah yang baru, teman sekelasku itu, malah sedih terus.."

"Jangan kuatir, sayang! Kalau sampai Om Bobby tak baik pada Angel, Bunda juga tak sudi berteman dengan dia lagi.....!" jaminku sambil merangkul, mencium bahkan menggendongnya. Lalu kubawa lari dan kuayun-ayun. Tapi hanya di dalam ruangan rumahku saja. Kulakukan itu agar hatinya teduh dan bergairah kembali.

***

Pada waktu-waktu berikutnya terjadilah sesuatu yang aneh. Entah kenapa, Bobby tiba-tiba  tak pernah lagi berkunjung ke rumahku? Ia menghilang begitu saja tanpa alasan yang jelas. Tanpa ada kabar dan rimbanya lagi. Apa itu ada hubungannya dengan kekuatiran Angel? Atau disebabkan oleh hal yang lainnya? Sungguh aku sama sekali tak paham!

Dan makin ke sini, makin terasa ada hal-hal ganjil serupa yang terjadi lagi. Apa yang terjadi pada Bobby terjadi juga pada Indro, Rudy dan Prabowo. Tiga lelaki yang kusebut belakangkan itu, ketiganya sama-sama mencoba mendekatiku. Awalnya ada antusiasme dan aroma ketertarikan yang kuat dari mereka terhadapku. Tapi dalam waktu yang relatif hampir bersamaan, ketiga pria dewasa itu akhirnya satu-persatu mundur dari hidupku. Kemudian raib entah ke mana dan di mana.

"Gua tahu bahwa eloe amat sayang pada Angel," ujar Tanty di suatu sore di sebuah kafe."Tapi dari penuturan loe, gua kira bidadari kecil loe itu, perlu di interogasi. Jangan-jangan dialah biang dari segala keanehan yang menimpa loe."

"Aduh....loe jahat banget deh mencurigainya! Dia itu bocah yang masih berumur hampir 6 tahun. Masih sangat polos dalam segala hal. Nggak mungkinlah ia sampai menjahatiku...."

"Ingat Teman, biar bagaimana pun juga, dia itu tetap anak si Donny yang pernah menghancurkan hati loe. Bukan hanya eloe, tapi Tante Asti dan beberapa wanita lainnya...."

Tapi tidak! Aku tidak bisa menerima kecurigaan Tanty. Dia cuma mau men-simplifikasi masalah saja. Donny memang brengsek banget. Dan mama kandungnya Angel, mungkin saja juga wanita yang banyak dosanya. Tapi Angel salahnya apa? Bagiku, dia itu bidadari cilik yang innocent dan bersih.

Katakanlah putri angkatku itu yang bikin ulah. Tapi mengapa ke empat pria itu pada rontok  menyerah sebelum sungguh-sungguh bertanding. Justru merekalah yang perlu dicurigai. Tidak sungguh-sungguhlah. Sangat egoislah. Atau memang mereka semuanya punya hidden agenda yang jahat. Dan jika demikian halnya, maka justru Angellah sang penyelamat sejatiku.

***

"Bunda," ucap Angel lirih kepadaku seusai makan malam.

"Ya sayang, ada apa...?"

"Apa Bunda gak bosen hanya bersama Angel saja?"

"Ngapain bosen, sayang? Ya, enggaklah....!"

"Aku memang seneng banget. Karena Bunda baik banget padaku. Mau nemanin  aku terus. Tapi Bunda sendiri kan jadi kesepian....tak punya teman lagi...?"

"Loh, Bunda kan masih punya banyak teman," sahutku, "terutama teman kantor, sayang."

"Maksudku teman cowok, kayak om-om yang kemarin-kemarin itu..." mendengar itu,  lidahku tercekat kelu beberapa saat. Aku terharu, karena ternyata putri angkatku sangat mempedulikan bundanya.

"Bunda pasti pengin teman pria juga, sayang. Tapi Bunda kan nggak pandai mencarinya. Jadi ya nunggu saja di rumah...."

"Bagaimana kalau aku saja yang mencarikannya?" celetuknya serius tapi sambil tersenyum.

"Haah, Angel yang mencarikannya? Apa kamu bisa, sayang...?"

Lantas bidadari kecilku itu dengan berapi-api menjanjikanku akan mencarikan seorang pangeran yang tampan dan baik hati. Bukan saja yang baik untukku, tapi juga untuknya.

"Tapi sabar dulu, ya Bunda! Pokoknya, jangan kuatir deh!" pinta dan janjinya. Lalu menghamburlah ia ke arahku. Dan menenggelamkan kepalanya di pangkuanku.

==000==

(Catatan: Cerpen di atas adalah lanjutan dari cerpen saya sebelumnya, yang berjudul: "Bidadari Cilik Kompensasi Cintaku". Yang tayang 26-09-2019)

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 30 September 2019

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun