"Pemilihan putaran pertama Anies kan hanya urutan kedua. Tapi pada putaran kedua, kan dia pemenangnya. Aku pun pengin seperti itu. Awalnya diragukan banyak orang. Tapi akhirnya kan bisa membalikkan keadaan." Jelasnya sambil memekarkan senyumannya.
"Oh...Lul....ngapain kamu berpikiran seperti itu? Terus terang ya, bagiku kemenangan Anies itu hanya faktor 'keberuntungan' saja. Kurang elegan dan kurang ideal. 'Keberuntungan' Anis didapatkan dari 'kebuntungan' Ahok. Coba Ahok nggak keseleo lidah, nggak bakalan Anies bisa menang. Kamu jangan seperti itulah! " pesan saya seraya menepuk-nepuk bahunya.
"Justru aku sangat berharap yang seperti itu, Abang! Aku pengin beruntung seperti Anies. Dan pesaingku yang buntung seperti Ahok!" mendengar itu, saya hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
Saya sungguh prihatin dengan cara berpikir Badelul yang naif seperti itu. Apa dipikirnya, kasus pilkada di DKI 2017 itu, bisa dengan mudah untuk diulanginya lagi di tempat lain? Nggak bakalan, Bro! Itu hanya delusi-mu saja, Bro!
***
Di rumah, atas permintaan istri saya, saya ceritakan semua hal yang saya bicarakan dengan Badelul. Termasuk permintaan Badelul agar saya mau jadi konsultan pribadinya dan masuk dalam Tim Suksesnya....
"Tidak dan jangan!!!" sahut istri saya tegas dengan nada suara cukup tinggi sambil berdiri.
"Lho, kenapa kok nggak boleh, Sayang.....?" tanyaku penasaran.
Dengan berapi-api ia jelaskan, bahwa Badelul punya adik perempuan cantik yang sudah berstatus janda. Dan yang sekarang tinggal di rumah kakaknya.Â
Kata banyak emak-emak, si janda muda molek itu disinyalir berpotensi besar menjadi seorang pelakor yang akan siap memangsa siapa saja dan menghancurkan rumah tangga siapa saja.
"Ya, ampun...." Gumam saya bengong.