Hari-hari ini adalah harinya para punggawa Timnas U-22. Gelegak euforia, kebanggaan dan optimisme membuncah di setiap dada anggota skuad Garuda Muda. Kebahagian itu bukan saja meledak di Olympic Stadium Phnom Penh. Tepatnya dimulai ketika wasit meniup peluit terakhirnya.
Mereka spontan berlarian melonjak-lonjak, saling berangkulan, menangis bahagia, berdoa dan bersujud syukur. Lalu berselebrasi rayakan kemenangan sampai prosesi pemberian medali dan piala.
Sungguh sebuah momen bersejarah yang amat memuaskan dahaga bangsa akan prestasi sepakbola. Lebih-lebih itu terjadi di saat federasi tengah gonjang-ganjing di hantam berbagai masalah internal yang parah.
Kemudian euforia itu berlanjut ketika mereka di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu malam. Puluhan suporter fanatik Indonesia menyambut pahlawan-pahlawan sepakbola mereka dengan yel-yel sambil terus menyanyikan lagu "Campeone". Mereka terus bersorak meluapkan kegembiraannya.
Pemerintah pun diwakili Menpora secara resmi menyambut kedatangan mereka. Sekjen PSSI RatuTisha dan Kakorlantas Irjen Refdi Andri tampak hadir juga. Bahkan secara simbolis Menteri Imam Nahrawi menyerahkan bonus sebesar Rp. 2,1 milyar sebagai bentuk apresiasi atas prestasi cemerlang mereka.
Paginya, rombongan Garuda Muda  dengan menaiki Transjakarta atap terbuka, mereka berpawai dari GBK menuju Istana Merdeka. Selain oleh komunitas motor gede Harley, juga ada belasan polisi mengendarai 'moge' juga yang mengawal pawai kemenangan itu.
Puncaknya mereka diterima oleh Presiden Jokowi di beranda Istana Merdeka. Mereka dijamu dan didengar langsung curahan hatinya oleh Kepala Negara. Selain memberikan pesan-pesannya, Presiden juga menambahi bonus mereka dengan 200 juta per orang anggota timnas.
Mereka amat layak menerima semuanya itu. Ketika gagal dikritik bahkan sering dicaci. Ketika berprestasi mereka harus dipuji dan diapresiasi selayak mungkin.
Membawa pulang Piala AFF U-22 ke tanah air tentu bukan semata-mata hasil perjuangan keras dari semua pemain timnas di lapangan saja. Figur sentral yang tak boleh dilupakan jasa dan kinerjanya ialah arsitek tim Indra Sjafri. Dialah yang memanggil, memilih, menempa, melatih sampai mengerucutkan jumlah pasukannya sesuai dengan kuota.
Untuk menentukan skuad terbaik, pasti bukan saja mempertimbangkan aspek teknik, skill, dan fisik dari pemain yang ada. Namun juga jam terbang dan kontribusi pemain di klub khususnya yang berlaga di kompetisi Liga 1. Bahkan aspek mental dan attitude pemain di dalam maupun di luar lapangan pasti diperhitungkannya juga.
Hasilnya sudah kita lihat bersama. Indra Sjafri bukan saja telah sukses mengantar tim asuhannya menjuarai Piala AFF U-22, 2019 di Kamboja. Tapi enam tahun sebelumnya ia juga telah sukses membawa Timnas U-19 sebagai kampiun Piala AFF U-19, 2013 di Sidoarjo. Sehingga ada yang menyebut bahwa dia adalah pelatih terbaik Indonesia spesialis untuk timnas usia muda.