Atas prestasi gemilangnya tersebut, penulis menyarankan kepada PSSI agar tetap mempertahankan dia minimal untuk tiga tahun ke depan. Apa pun yang akan dicapai pada Kualifikasi Piala AFC U-23 di Vietnam, Maret ini. Mau pun di Sea Games, Manila, November - Desember 2019 nanti. Hendaknya tidak dijadikan alasan apapun untuk mengganti dia. Beri dia kesempatan menangani timnas untuk even berikutnya lagi.
Mari kita belajar pada Timnas Spanyol. Ketika sebelumnya mereka terus gonta-ganti pelatih, waktu itu sulit berprestasi. Tapi setelah selama 8 tahun berturut-turut ditangani Vicente del Bosque, Tim La Furia Roja itu meraih 2 kali juara Eropa dan sekali Juara Dunia 2010.
Ingatlah juga, apa sebab Manchester United dan Arsenal tetap konsisten di papan atas sepakbola Inggris? Karena Sir Alex Ferguson menangani MU selama 26 tahun. Sedangkan Arsene Wenger sudah 20 tahun pegang Arsenal. Sampai sekarang pun dia masih dipakai. Joachim Low sampai sekarang pun masih menjadi pelatih timnas Jerman. Padahal ia sudah melatih timnas sejak tahun 2006 lalu.
Karena dengan durasi melatih yang cukup, si pelatih kepala akan lebih memahami semua seluk beluk tim. Dia akan sangat mengenal dan dekat secara pribadi dengan semua pemainnya.Termasuk kebutuhan akan tipe pemain yang paling pas untuk tim yang sedang dilatihnya.
Kembali ke Indra Sjafri. Mengapa ia sukses tahun ini, meskipun sesungguhnya waktu persiapan dalam membentuk tim terbilang sangat minim? Karena mayoritas pemain di timnya yang sekarang ini adalah pemain usia 19 tahun yang dilatihnya tahun yang lalu. Artinya dia sudah kenal dan dekat dengan mereka semua.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut, ketika federasi menetapkan seorang pelatih timnas di kelompok umur mana pun, beri pelatih tersebut durasi kontrak melatih minimal lima tahun. Jangan karena gagal di satu turnamen saja langsung dipecat. Kemudian bingung cari pelatih baru yang harus mulai segalanya dari nol lagi.
Sebab itu, hentikan budaya selalu gonta-ganti pelatih. Lebih-lebih untuk level Timnas Senior. Bagaimana pun pelatih yang baik itu, selain dia punya kwalitas kepelatihan mumpuni, dia juga bisa sebagai teman. Sebagai bapak sekaligus sebagai guru bagi semua anak buahnya. Dan untuk mencapai itu semuanya, mutlak diperlukan waktu yang cukup.
Bravo Timnas Indonesia U-22! Jayalah Garuda Mudaku! Selamat!
            ==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 28-02-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H