Tanggal 4 hingga 6 Oktober 2015 merupakan hari berbahagia bagi segenap tour guide yang terhimpun dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Apa pasal? Dengan segala kekurangan dan kelebihan , Rakernas HPI 2015 telah terselenggara dengan sukses di kota kembang Bandung dan sekaligus memperingati HUT HPI yang jatuh pada tanggal 5 Oktober. Rakernas adalah momen nan pas untuk melakukan evaluasi sekaligus langkah-langkah strategis demi kemajuan organisasi ke depan.Â
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dibentuk dan sengaja dikembangkan bukanlah sebuah kebetulan karena kurang kerjaan, melainkan berangkat dari sebuah kesadaran kolektif. Kesadaran  dari orang-orang yang memiliki konsern terhadap pentingnya para pemandu wisata (tour guide) memberi kontribusi optimal bagi perkembangan dunia pariwisata nasional. Pun, kesadaran akan pentingnya profesionalitas para pramuwisata dalam berkiprah dan berkarya, serta pula kesadaran akan kebanggaan (pride) menjadi pemandu wisata.  Semua itu bemuara pada kesadaran akan pentingnya berhimpun dalam sebuah barisan, karena bagaimanapun barisan akan lebih kuat dan mumpuni dari pada orang per orang.
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) yang sebelumnya adalah Himpunan Duta Wisata Indonesia (HDWI). HDWI merupakan hasil dari munas para tour guide yang pertama kali diselenggarakan pada tanggal 27 Maret 1983, atas inisiatif Joop Ave, dengan promotor Bali. Munas dihadiri oleh perwakilan dari 9 propinsi dan Bali sebagai tuan rumah. Pada musyawarah nasional ke 2 pada 05 Oktober 1988 di palembang, HDWI diubah secara resmi menjadi HPI. Sejak saat itulah HPI menjadi satu-satunya organisasi resmi para pramuwisata seluruh Indonesia. Saat ini kepengurusan HPI sudah tersebar di hampir semua propinsi di Indonesia.Â
Sejarah HPI adalah sejarah panjang nan penuh perjuangan, onak dan duri, pasang surut dengan segala dinamika dan romantikanya. Menengok sejarah berarti melakukan perenungan (flas back), refleksi dan lantas berorientasi ke depan. Kita tidak boleh melupakan pesan Bung Besar (Sukarno) "Jas MeRah" jangan sekali-kali melupakan sejarah. Semua itu, jika disikapi dengan seksama,  akan mampu memunculkan  pemaknaan bahwa, masa lalu adalah refleksi, masa kini adalah mengisi, dan masa depan adalah harapan. Bravo!
Ketua Umum HPI
ora ono
potone
Anak Agung Tentrem Wisnawa
1983-1988, 1988-1993
Rakernas Bandung
Dengan penuh semangat para peserta Rakernas Bandung dari berbagai daerah, membahas, berdiskusi, dan menelaah program-program HPI yang sedang berjalan maupun yang sedang akan dijalankan. Dari rakernas Bandung, ada tiga pembidangan yang menjadi bahasan utama dan  akan direalisasikan ; pertama, bidang IT (website), kedua, bidang pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi, dan ketiga, bidang peraturan pemerintah.Â
Pertama, bidang IT (koordinator Heben Nezer/kabid. organisasi DPP HPI). Era informasi dewasa ini adalah era keterbukaan yang amat masif, dunia menjadi tanpa batas (borderless). Keberadaan sesuatu akan cepat diketahui oleh masyarakat luas dengan cepat hanya dengan mengakses jaringan internet. Hal ini memberi peluang sekaligus tantangan bagi individu atau organisasi untuk memperkenalkan diri secara luas. Oleh karenanya, branding amatlah penting. HPI menyadari, betapa pentingnya memiliki website sebagai sarana branding sekaligus  alat promosi bagi semua aktifitas organisasi, dan tidak menutup kemungkinan mampu menangguk nilai-nilai komersial di dalamnya.Â
Kedua, bidang pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi (koordinator Andi Muhammad/kabid. Diklat & Litbang DPP HPI). Profesionalitas tour guide mesti terus ditingkatkan seiring dengan maju dan terus berkembangnya pariwisata negeri ini. Sebagai profesi yang berada di garda depan pariwisata para pemandu dituntun untuk memiliki kompetensi kerja di bidangnya sesuai  dengan syarat kerja yang telah ditetapkan dalam SKKNI (Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Oleh karena itu, mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja pariwisata, termasuk tour guide profesional dan tersertifikasi, HPI berkomitmen mendirikan sebuah Training Center (TC-HPI) berskala nasional, yang akan dipadu-padankan dengan keberadaan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-Pramindo) yang telah didirikan terlebih dahulu.
Ketiga, bidang peraturan pemerintah (koordinator Imam Widodo/ketua DPD HPI Jogjakarta). Setiap Organisasi akan berjalan lancar,maju, dan berkembang jika mendapat dukungan dari pihak otoritas yang kompeten. HPI menyadari bahwa selama ini keberadaan HPI tidak atau belum didukung oleh seperangkat peraturan pemerintah yang akan mampu menaungi dan memberi peluang penguatan untuk HPI lebih maju lagi. Menyadari itu semua, kini HPI tengah menggodok sebuah peraturan pemerintah tentang keberadaan organisasi, yang diharapkan dengan disyahkannya peraturan tersebut akan menjadi payung hukum bagi kehidupan organisasi HPI dan tour guide.Sehinga keberlangsungan organisasi dan para pramuwisata di seluruh Indonesia akan lebih semangat dan bergairah. Bravo!
 Bandros
Bandros adalah ide brilian wali kota Bandung Ridwan Kamil, bis double decker terbuka dengan warna merah menyala mirip seperti di London berjalan mengelilingi titik-titik tertentu di kota bandung, sambil mendengarkan penjelasan pemandu tentang tempat yang kita lewati (sesekali nanya boleh dong). Walau terasa rada terganggu dengan ranjau-ranjau yang berseliweran, tapi itu bisa jadi bahan seru-seruan tatkala naik Bandros, terganggu tapi seru. Sekali lagi itulah sensasi naik Bandros. Bravo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H